Strategi Bank Sentral Dorong Bank Turunkan Bunga Kredit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transmisi suku bunga kredit terhadap bunga acuan Bank Indonesia (BI) jauh dari harapan. Nyatanya, penurunan bunga kredit perbankan terbilang lambat.

Sebagai gambaran, BI sudah menurunkan BI-rate sekitar 125 basis poin (bps) sepanjang tahun 2025. Sayangnya, suku bunga kredit perbankan hanya turun sebesar 24 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 8,96% pada November 2025. 

“Penurunan suku bunga kredit perbankan cenderung lebih lambat dan karenanya perlu terus didorong,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo. 


Oleh karena itu, Perry bilang bahwa sejak 16 Desember 2025, BI telah melakukan penguatan implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang berbasis kinerja dan berorientasi ke depan untuk mempercepat penurunan suku bunga kredit atau pembiayaan perbankan.

Baca Juga: RUPSLB BRI Setujui Perubahan Anggaran Dasar Hingga Perombakan Direksi

Secara rinci, besaran insentif yang berasal dari penetapan suku bunga kredit atau persentase imbalan pembiayaan yang sejalan dengan arah suku bunga kebijakan Bank Indonesia (interest rate channel) dari semula paling tinggi sebesar 0,5% menjadi paling tinggi sebesar 1,0%.

Selanjutnya, insentif KLM yang berasal dari penyaluran kredit atau pembiayaan kepada sektor tertentu yang ditetapkan Bank Indonesia (lending channel) dari semula paling tinggi sebesar 5% menjadi paling tinggi sebesar 4,5%.

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI Juda Agung mengungkapkan kebijakan tersebut diambil karena melihat insentif yang berdasarkan interest rate channel masih belum mampu memicu bank untuk menurunkan bunga kreditnya.

“Dari evaluasi kami, itu menunjukkan bahwa memang interest rate channel ini belum bekerja dengan baik,” jelas Juda.

Sebagai gambaran, Juda merinci baru ada 48 bank yang benar-benar memanfaatkan insentif KLM dari sisi interest rate channel. Sebaliknya, insentif KLM dari sisi lending channel sudah dimanfaatkan oleh 124 bank.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang pihaknya mendukung insentif KLM yang diberikan oleh BI. Menurutnya, hal tersebut memang bisa mendorong bank untuk merespon cepat transmisi suku bunga.

Meski demikian, ia menegaskan bahwa saat ini yang lebih banyak berpengaruh adalah pergerakan cost of fund dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki bank. Di mana, jika cost of fund turun maka ruang penurunan bunga kredit juga terbuka.

“Membantu tapi bukan satu-satunya kontribusi,” jelas Lani.

Serupa, Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum Allo Bank Ganda Raharja Rusli bilang insentif KLM membuka ruang yang lebih luas bagi Allobank untuk menurunkan suku bunga kredit lebih rendah lagi.

Hanya saja, ia mengungkapkan Allo Bank tetap berhati-hati dalam menentukan bunga kredit. Di maba, bank melakukan analisa tiga pilar sesuai dengan aturan yang berlaku dan tetap mewaspadai ketidakpastian kondisi ekonomi atau iklim usaha di awal tahun 2026.

“Allo Bank baru saja mengirimkan laporan Rencana Bisnis Bank dan belum akan merevisi target ekspansi kuartalan dalam waktu dekat berkaitan dengan insentif KLM tersebut,” jelasnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede pun menyarankan ada insentif lain yang lebih memicu antara lain yang dapat menurunkan premi risiko dan biaya penyaluran kredit. Mengingat, suku bunga kredit bank tidak hanya ditentukan oleh biaya dana, tetapi juga oleh biaya operasional, target keuntungan, dan terutama premi risiko kredit.

Dalam situasi seperti ini, kata Josua, bank sering lebih memilih menjaga margin dan kualitas aset ketimbang menurunkan bunga secara agresif. Alasannya, penurunan bunga belum tentu langsung mengerek permintaan kredit, tetapi pasti menekan pendapatan bunga

“Perlu didorong melalui kombinasi insentif dan penguatan struktur suku bunga di pasar uang,” pungkasnya.

Baca Juga: CIMB Niaga Dukung Implementasi Sustainability bagi IKPT lewat Green Financing Syariah

Selanjutnya: Belajar Parenting Zaman Sekarang, Ini Pendekatan Sampoerna Academy untuk Orang Tua

Menarik Dibaca: Belajar Parenting Zaman Sekarang, Ini Pendekatan Sampoerna Academy untuk Orang Tua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News