Strategi Bisnis & Rekomendasi Saham INDY, DRMA, AUTO Menyambut Insentif Motor Listrik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten siap memetik berkah dari perluasan subsidi Rp 7 juta untuk pembelian motor listrik. Emiten yang bergelut di bisnis motor listrik dan komponen otomotif meyakini insentif ini bakal menjadi angin segar bagi pengembangan industri kendaraan listrik atawa electric vehicle (EV).

Seperti diketahui, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 21 Tahun 2023. Aturan ini menetapkan kriteria satu unit per satu Nomor Induk Kependudukan (NIK). Artinya, subsidi motor listrik bisa dinikmati oleh masyarakat yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP).

Head of Corporate Communications PT Indika Energy Tbk (INDY) Ricky Fernando melihat langkah pemerintah memberikan insentif bisa meningkatkan minat masyarakat terhadap kendaraan berbasis listrik. Adapun, saat ini INDY telah meluncurkan dua produk kendaraan listrik roda dua, yakni ALVA One dan ALVA Cervo.


Sejauh ini, kontribusi bisnis motor listrik terhadap total pendapatan INDY memang belum signifikan. Ricky memproyeksikan kontribusinya akan sejalan dengan konversi penggunaan motor berbahan bakar minyak ke motor listrik.

Baca Juga: Kinerja Industri Otomotif Masih Tumbuh, Simak Rekomendasi ASII, DRMA, AUTO dan IMAS

Dalam strategi bisnisnya, INDY tidak hanya berfokus pada pengembangan produk kendaraan roda dua listrik, tetapi juga ekosistem pendukungnya. Ke depannya, INDY pun menargetkan bisa menjadi market leader dalam industri motor listrik nasional. 

"Tujuan kami adalah untuk membangun solusi mobilitas gaya hidup. Kami juga berencana memperluas jangkauan distribusi, terutama di kota-kota besar Indonesia," kata Ricky kepada Kontan.co.id, Jumat (1/9).

Emiten komponen otomotif juga menyambut positif insentif pembelian motor listrik ini. Direktur Utama PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) Irianto Santoso mengharapkan kebijakan subsidi Rp 7 juta per unit untuk setiap KTP pemilik ini bisa mempercepat adopsi kendaraan listrik di masyarakat.

Melalui subsidi ini, harga motor listrik bisa lebih bersaing dengan harga motor konvensional. Di sisi lain, pemerintah telah menetapkan syarat bahwa merek yang berhak menerima kuota subsidi harus memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 40%. 

"Dengan penerapan subsidi ini, targetnya mengurangi ketergantungan terhadap impor dan merangsang permintaan kendaraan listrik. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan pada industri komponen dalam negeri," ungkap Irianto kepada Kontan.co.id, Senin (4/9).

Baca Juga: Pembiayaan Motor Listrik Masih Mini

Irianto melanjutkan, sebagian besar komponen yang digunakan dalam kendaraan listrik mirip dengan kendaraan konvensional. Melalui anak usahanya, DRMA pun telah memproduksi battery pack untuk kendaraan listrik dan sudah memasok ke beberapa motor listrik di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, DRMA juga agresif dalam menggelar ekspansi, termasuk untuk mempersiapkan diri menyambut era EV. Pada tahun ini, DRMA menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp 650 miliar. Sebanyak Rp 350 miliar sudah diserap pada semester I-2023.

Irianto membeberkan, capex tersebut dipakai untuk beberapa keperluan. Termasuk akuisisi di awal tahun, investasi berbagai mesin seperti electro dipping line, serta proyek-proyek baru berhubungan dengan kendaraan listrik.

DRMA juga membangun dua pabrik baru yang akan digunakan untuk memproduksi komponen-komponen yang mendukung EV di masa depan. "Seiring dengan ekosistem EV semakin berkembang, DRMA akan terus explore kesempatan-kesempatan di bidang ini," tegas Irianto.

Baca Juga: Ada Insentif Motor Listrik, Ekonom: Multifinance Prioritaskan Pembiayaan Motor BBM

Anak usaha Grup Astra, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) tak ketinggalan mengambil langkah ekspansi ke komponen EV. Direktur Astra Otoparts Wanny Wijaya mengungkapkan AUTO telah menggarap jaringan pengisian daya listrik untuk roda empat Astra Otopower dan charging machine ALTRO.

Selain itu, AUTO telah memproduksi komponen untuk mobil dan motor listrik. Termasuk general parts yang serupa dengan kendaraan Internal Combustion Engine (ICE) maupun specific parts khusus untuk kendaraan listrik. AUTO akan terus melakukan pengembangan produk untuk dapat menyuplai 2W dan 4W EV Original Equipment Manufacturer (OEM) yang diproduksi secara lokal di Indonesia.

Wanny menegaskan kesiapan AUTO untuk mendukung pengembangan EV. Baik dari segi infrastruktur melalui jaringan pengisian daya dan charging machine, maupun komponen-komponen EV. "Sejalan dengan rencana ekspansi tersebut, tentunya porsi dan kontribusi EV dalam negeri akan semakin meningkat, sehingga memberikan kontribusi positif bagi bisnis kami," tandas Wanny.

Baca Juga: BKPM Waspadai Teknologi Recycle Baterai Mobil Listrik di Eropa, Ini Alasannya

Rekomendasi Saham

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat perluasan insentif motor listrik memang bisa memoles prospek bisnis emiten terkait. Meski, sifatnya masih jangka pendek lantaran ketersediaan ekosistem atau infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian daya (SPKLU) akan menjadi pertimbangan masyarakat dalam membeli EV.

Dus, dampak insentif sebagai katalis pendorong harga saham emiten pun ditaksir hanya bersifat sesaat. Saham terkait EV bisa menjadi pertimbangan trading jangka pendek memanfaatkan momentum teknikal. 

"Pelaku pasar juga masih melihat bagaimana insentif ini akan mempengaruhi masyarakat dalam membeli kendaraan listrik," kata Azis.

Research Analyst Erdikha Elit Sekuritas Ika Baby Fransiska menyoroti industri manufaktur otomotif masih terlihat atraktif di tengah ekspansi ke ekosistem EV. Laju pertumbuhan produksi dan penjualan EV juga akan menjadi katalis positif.

Baca Juga: Insentif Tak Cukup Genjot Ekosistem Kendaraan Listrik

Selain itu, secara historis earning growth emiten komponen otomotif seperti AUTO cukup moncer. Secara teknikal, saat ini AUTO berada di area konsolidasinya. Ika merekomendasikan buy on weakness saham AUTO.

Cermati level support saham AUTO di Rp 3.010. Target harga jangka menengah ada di level Rp 3.540. Jika menembus area itu, maka berpotensi lanjut menguat hingga Rp 3.600. Namun, stop loss jika turun menembus level Rp 2.970.

Sementara bagi saham DRMA, Ika menyarankan untuk menunggu breakout level Rp 1.485 terlebih dulu. Mempertimbangkan posisi saat ini yang tampak masih bergerak konsolidasi. Target harga ada di level Rp 1.575.

Sedangkan untuk INDY, Ika menyarankan wait and see. Alasannya, volume belum terlalu tinggi. Jika mau masuk, pertimbangkan level Rp 1.990-Rp 2.030. Resistance terdekat di Rp 2.100. Stop loss jika turun menembus level Rp 1.970 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati