SEMINYAK. Smartfren bisa jadi adalah satu-satunya operator telekomunikasi di Indonesia yang sukses berjualan smartphone. Apa rahasia mereka? Dalam media trip yang dilakukan di Seminyak, Bali, Head of Smartphone PT Smartfren Telecom, Sukaca Purwokardjono, mengatakan bahwa salah satu rahasianya adalah, Smartfren berusaha untuk tahu apa yang diinginkan oleh pengguna. "Perbaikan yang kami lakukan (pada Andromax) itu berdasarkan masukan dari konsumen, tidak hanya dari belakang meja," tutur Sukaca. Ia mengatakan dalam kunjungan ke kota-kota di mana Smartfren memasarkan perangkat Andromax, ia berusaha menyempatkan diri untuk terjun langsung dan bertanya pada penjual perangkat ponsel yang ada di kota itu. Hal ini tidak terbatas pada Galeri Smartfren saja, namun ke pusat-pusat perbelanjaan yang memang dikenal sebagai lokasi favorit pembelian ponsel atau elektronik konsumen setempat. Mirip 'blusukan' yang dipopulerkan oleh Jokowi itu, Sukaca mengaku mendapatkan data dan masukan yang berharga yang bisa digunakan untuk perbaikan produk maupun program pemasaran. Selain itu, tentunya Smartfren mendapatkan masukan berharga dari rekanan mereka. Termasuk para distributor yang menghadirkan perangkat Andromax ke berbagai wilayah. Pada Januari 2014, misalnya, Smartfren mengadakan gathering distributor secara nasional di Bali dengan menghadirkan seribuan distributor dari seluruh Indonesia. Hal ini menjadi ajang untuk mendapatkan masukan dari para distributor. Roberto Saputra, Head of Brand and Marketing Communication Smartfren, mengatakan bahwa posisi Smartfren yang dikenal dengan Andromax-nya juga menjadi hal yang menguntungkan. "Asal tahu saja, churn rate (tingkat kehilangan pelanggan-red) di smartphone bundling kami itu lebih rendah dari satu persen," ujar Roberto. Hal lain yang menguntungkan, kata Roberto, adalah mengenai hubungan konsumen dengan gadget. "Kita sangat jarang mendengar orang membanggakan provider telekomunikasi miliknya. Namun hubungan konsumen dengan handset itu sangat akrab, seperti best friend (sahabat baik)," ujarnya sambil menyebut salah satu promosi Smartfren dengan tagline '#bestfren'. Dari penelitian yang dilakukan Nielsen, tutur Roberto, gadget menjadi bahan word of mouth (perbincangan) yang lebih tinggi daripada operator. Bahkan, menjadi bahan word of mouth nomor satu bagi konsumen laki-laki. Hal itulah yang kemudian menguntungkan bagi Smartfren karena banyak konsumen jadi memiliki sentimen positif pada Andromax dan Smartfren. Di 2014, Sukaca mengutip sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa dari 31,7 juta perangkat smartphone yang diprediksi akan dikapalkan di Indonesia, 65%-nya adalah berbasis Android. Dari jumlah itu, potensi pasar terbesar ada di perangkat dengan kisaran harga di bawah US$ 100, dengan perkiraan pangsa pasar 43%. Sedangkan perangkat di kisaran harga US$ 100 - 200 bakal mencapai 34%. Dan yang di atas US$ 200 mencapai 29% pasar. (Wicak Hidayat)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Strategi 'blusukan' ala Smartfren
SEMINYAK. Smartfren bisa jadi adalah satu-satunya operator telekomunikasi di Indonesia yang sukses berjualan smartphone. Apa rahasia mereka? Dalam media trip yang dilakukan di Seminyak, Bali, Head of Smartphone PT Smartfren Telecom, Sukaca Purwokardjono, mengatakan bahwa salah satu rahasianya adalah, Smartfren berusaha untuk tahu apa yang diinginkan oleh pengguna. "Perbaikan yang kami lakukan (pada Andromax) itu berdasarkan masukan dari konsumen, tidak hanya dari belakang meja," tutur Sukaca. Ia mengatakan dalam kunjungan ke kota-kota di mana Smartfren memasarkan perangkat Andromax, ia berusaha menyempatkan diri untuk terjun langsung dan bertanya pada penjual perangkat ponsel yang ada di kota itu. Hal ini tidak terbatas pada Galeri Smartfren saja, namun ke pusat-pusat perbelanjaan yang memang dikenal sebagai lokasi favorit pembelian ponsel atau elektronik konsumen setempat. Mirip 'blusukan' yang dipopulerkan oleh Jokowi itu, Sukaca mengaku mendapatkan data dan masukan yang berharga yang bisa digunakan untuk perbaikan produk maupun program pemasaran. Selain itu, tentunya Smartfren mendapatkan masukan berharga dari rekanan mereka. Termasuk para distributor yang menghadirkan perangkat Andromax ke berbagai wilayah. Pada Januari 2014, misalnya, Smartfren mengadakan gathering distributor secara nasional di Bali dengan menghadirkan seribuan distributor dari seluruh Indonesia. Hal ini menjadi ajang untuk mendapatkan masukan dari para distributor. Roberto Saputra, Head of Brand and Marketing Communication Smartfren, mengatakan bahwa posisi Smartfren yang dikenal dengan Andromax-nya juga menjadi hal yang menguntungkan. "Asal tahu saja, churn rate (tingkat kehilangan pelanggan-red) di smartphone bundling kami itu lebih rendah dari satu persen," ujar Roberto. Hal lain yang menguntungkan, kata Roberto, adalah mengenai hubungan konsumen dengan gadget. "Kita sangat jarang mendengar orang membanggakan provider telekomunikasi miliknya. Namun hubungan konsumen dengan handset itu sangat akrab, seperti best friend (sahabat baik)," ujarnya sambil menyebut salah satu promosi Smartfren dengan tagline '#bestfren'. Dari penelitian yang dilakukan Nielsen, tutur Roberto, gadget menjadi bahan word of mouth (perbincangan) yang lebih tinggi daripada operator. Bahkan, menjadi bahan word of mouth nomor satu bagi konsumen laki-laki. Hal itulah yang kemudian menguntungkan bagi Smartfren karena banyak konsumen jadi memiliki sentimen positif pada Andromax dan Smartfren. Di 2014, Sukaca mengutip sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa dari 31,7 juta perangkat smartphone yang diprediksi akan dikapalkan di Indonesia, 65%-nya adalah berbasis Android. Dari jumlah itu, potensi pasar terbesar ada di perangkat dengan kisaran harga di bawah US$ 100, dengan perkiraan pangsa pasar 43%. Sedangkan perangkat di kisaran harga US$ 100 - 200 bakal mencapai 34%. Dan yang di atas US$ 200 mencapai 29% pasar. (Wicak Hidayat)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News