Strategi BNI, BRI dan Bank Mandiri Menjaga Biaya Dana Saat Suku Bunga Naik



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Perbankan, terutama bank-bank besar, masih mampu melakukan efisiensi biaya dana sepanjang semester I 2022 seiring dengan bunga acuan Bank Indonesia yang bertahan di level terendahnya dan juga likuiditas yang masih cukup longgar. 

Hingga Juni 2022, biaya dana atau cost of fund (CoF) mereka mengalami penurunan cukup besar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Ini pula salah satu yang mendorong kinerja bank-bank besar tersebut tumbuh tinggi pada periode enam bulan pertama tahun ini. 

Namun, prospek biaya dana ke depan diperkirakan akan mengalami kenaikan sejalan dengan proyeksi kenaikan suku bunga acuan BI.


Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), Novita Widya Anggraini, mengatakan, kenaikan suku bunga tidak akan dapat dihindari sehingga pihaknya melihat akan ada tekanan pada biaya dana yang berasal dari dana valas karena likuiditas valas yang lebih ketat. 

"Kami memperkirakan bahwa COF saat ini (per Juni) sudah merupakan level yang paling efisien dan tekanan akan bertambah saat COF rupiah juga mulai mengalami peningkatan, yang diperkirakan mulai naik di kuartal IV," katanya pada Kontan.co.id, Senin (8/8). 

Baca Juga: Upaya Perbankan Penuhi Kebutuhan Talenta Digital di Tengah Tingginya Persaingan

Untuk menjaga biaya dana tetap efisien, kata Novita, BNI akan fokus menjaga pertumbuhan dana murah atau CASA.

Perseroan akan memposisikan diri sebagai top of mind untuk nasabah dalam memenuhi kebutuhan transaksi. Sehingga semakin banyak transaksi yang dilakukan melalui BNI Mobile Banking dan BNIDirect maka CASA akan semakin meningkatkan CASA. 

Per Juni 2022, BNI mencatatkan COF di level 1,4%, turun dari 1,7% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut Novita, hal ini merupakan hasil dari strategi perseroan dalam mengelola dana murah dimana rasionya telah mencapai 69,2%.

Penyumbang terbesar CASA adalah nasabah tabungan yang aktif melakukan transaksi melalui BNI Mobile Banking dan giro dari nasabah pengguna cash management services pada BNIDirect. Per Juni, pangguna BNI Mobile Banking berkontribusi terhadap 59,2% tabungan. Sementara 92,0% dana giro dikontribusikan oleh pengguna layanan Cash Management," pungkas Novita.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatat biaya dana secara konsolidasi sebesar 1,9% per Juni 2022, turun dari 2% pada periode yang sama tahun lalu. Sementara secara bank only turun dari 2,2% jadi 1,7%.

Baca Juga: Suku Bunga Diprediksi Naik, BNI Ramal Biaya Dana Akan Ikut Terkerek

Sekretaris Perusahaan BRI, Aestika Oryza Gunarto, mengatakan, pihaknya masih optimistis bisa menjaga biaya dana konsolidasi di kisaran 1,9% sampai akhir tahun dengan tetap mendorong pertumbuhan CASA melalui penguatan fitur dan transaksi pada SuperApp BRIMo serta mendorong transaksi berbasis produk dan layanan untuk segmen wholesale.

"Untuk tabungan, BRI telah memiliki Tabungan BritAma, Tabungan Simpedes, Tabungan Junio, dan Tabunganku. Selain itu, strategi BRI untuk terus memperluas layanan Agen BRILink juga memberikan dampak positif terhadap dana murah, dimana hingga akhir Kuartal II 2022 Agen BRILink mampu menghimpun dana murah sebanyak Rp 18,6 triliun," jelas Aestika.

Ke depan, perseroan terus berupaya meningkatkan pengalaman pelanggan dengan menciptakan kembali proses bisnis melalui AgenBRILink dan BRImo. BRI juga menyediakan platform pembayaran yang disesuaikan untuk menangkap potensi pertumbuhan baru melalui BRI Open API.

Lebih lanjut, Aestika bilang, BRI telah menyiapkan beberapa strategi pertumbuhan DPK diantaranya mengakselerasi akuisisi rekening secara digital melalui digital saving, mendorong transaksi berbasis CASA menjadi sumber dana pada platform ekosistem digital, meningkatkan peningkatan transaksi dengan CASA BRI di ekosistem merchant seperti rumah sakit,  Universitas, Sekolah, Koperasi, dan Pesantren, optimalisasi BritAma FSTVL dan Panen Hadiah Simpedes.

Baca Juga: Masyarakat Makin Melek Digital, Tren Menabung di Bank Digital Ikut Meningkat

Sementara PT Bank Mandiri Tbk melihat biaya dana perseroan sampai akhir tahun tidak terlalu sensitif terhadap potensi kenaikan suku bunga. Pasalnya, likuiditas perseroan masih cukup luas dalam melakukan ekspansi kredit mengingat loan to deposit ratio (LRD) perseroan masih di posisi 85% per Juni 2022. Selain itu, perseroan juga terus berupaya mendorong peningkatan dana murah. 

Per Juni 2022, CoF Bank Mandiri tercatat 1,41%, turun dari 1,8% pada periode yang sama tahun sebelumnya.  Sigit Prastowo Direktur Keuangan Bank Mandiri, pihaknya akan terus berupaya menjaga biaya dana ada di kisaran level 1,3%-1,4% sampai akhir tahun dengan mempertahankan rasio dana murah di level 75%.

"Mendorong pertumbuhan dana murah, kami akan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan nasabah seperti transaksi, top-up e-wallet, bayar tagihan, belanja lifestyle dan investasi. Hal ini yang membuat stickiness nasabah terhadap Bank Mandiri bertambah sehingga membuat pertumbuhan dana murah seperti tabungan lebih sustainable. Itu sudah terbukti dimana tabungan Bank Mandiri masih tumbuh 15,4% secara YoY," jelas Sigit. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli