KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelompok Bank umum kegiatan usaha (BUKU) III sedang dihadapkan pada kondisi likuiditas yang ketat. Lantaran penyaluran kredit lebih kencang dibandingkan himpunan dana pihak ketiga (DPK). Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan rasio kredit terhadap DPK atau
loan to deposit ratio (LDR) hingga September 2018 mencapai 103,22%. Bank yang memiliki rasio di atas 100% maka penyaluran kredit tidak hanya lagi berasalkan dari DPK. Bank bisa menggunakan sumber dana lain termasuk modal.
Salah satu bank BUKU III yang memiliki LDR di atas 100% adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Hingga September 2018, bank yang memiliki spesialisasi kredit perumahan ini punya LDR sebesar 112,83%. Direktur Keuangan BTN Iman Nugroho Soeko menyatakan meski mengalami pengetatan likuiditas, BTN belum akan melakukan aksi penguatan modal. Lantaran bank dengan sandi saham BBTN ini masih memiliki kecapukan modal yang kuat yang tecermin pada
Capital Adequacy Ratio (CAR). "Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang g berlaku jika LDR di atas 92% maka bank harus menjaga CAR minimal 14%. Saat ini, CAR BTN di level 17,9% jadi tidak masalah. Kami belum berencana untuk melakukan
rights issue guna meningkatkan
equity," ujar Iman kepada Kontan.co.id pada Jumat (29/11).
Lanjut Iman, bank dengan sandi saham BBTN ini tidak menargetkan LDR hingga di batas atas peraturan BI yakni 92%. Sebab, Imam menilai BTN memiliki karakteristik yakni menyalurkan kredit hampir seluruhnya untuk jangka panjang. Sehingga untuk mengurangi risiko maturity mismatch maka bank akan mengimbangi dengan dana wholesale untuk jangka panjang. Adapun dana
wholesale yang Iman maksud adalah dana dari penerbitan obligasi, NCD dan pinjaman bilateral atau pinjaman sindikasi. Selain itu, guna melonggarkan LDR, BTN akan terus berupaya menaikkan himpunan DPK hingga LDR berada di level 105% baik hingga akhir tahun maupun 2019. Hingga Oktober 2018, BTN menyalurkan kredit Rp 225,06 triliun. Nilai ini tumbuh 19,5% year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu Rp 188,32 triliun. Sedangkan DPK tumbuh 13,29% yoy menjadi Rp 177,97 triliun dari Rp 157.09 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto