KONTAN.CO.ID - PT Garuda Indonesia Tbk kudu cermat mengelola pengeluaran dan pendapatan dollar Amerika Serikat (AS). Pasalnya, fluktuasi kurs bisa menggerus pendapatan perusahaan. 

Misalnya saat semester I lalu, Garuda mencatat rugi US$ 281,92 juta. Salah satu penyebabnya adalah belanja bahan bakar avtur dalam dollar AS yang bebannya melonjak sampai 35%.

Untuk mengatasi fluktuasi ini, Direktur Utama Garuda Indonesia Pahala N. Mansury mengatakan pihaknya melakukan beberapa hal. Salah satunya denga cara melakukan lindung nilai atau hedging.

“Satu, kita melakukan hedging kepada avtur. Kedua, mengelola pendapatan dollar AS menggunakan hedging kita. Tapi nggak terlalu besar untuk itu,” ujar Pahala kepada KONTAN (18/9).

Pahala menjelaskan, 50% pendapatan Garuda Indonesia dari rute-rute internasional.

Mengikuti strategi fluktuasi tersebut, Garuda Indonesia menargetkan pendapatan di tahun 2017 sebesar US$ 4,5 miliar. Perusahaan menargetkan memperketat biaya dengan efisiensi sebesar US$ 100 juta. 

Garuda juga akan meningkatkan pendapatan kargo, salah satunya dengan bekerja sama dengan berbagai pihak seperti PT Pos Indonesia. Perusahaan juga membangun sentra-sentra cargo service center agar lebih memudahkan bagi para calon pengirim.

Pahala menambahkan, perusahaan akan mengembangkan bisnis-bisnis penyokong lainnya (ancillary). Pendapatan Garuda di sektor ini paling besar di excess baggage dan membership Garuda Miles.

Pengembangan dan perbaikan rute juga terus dilakukan. Minggu depan, Garuda Indonesia akan menyelenggarakan Garuda Indonesia Travel Fair. Acara ini juga berkontribusi ke pendapatan Garuda Indonesia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia