JAKARTA. Siasat Samin Tan, pemilik PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN), untuk mengembalikan kerugian investasi di Bumi Plc terungkap. Ini terbaca dari keterbukaan informasi BORN ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (11/7). Pemulihan investasi BORN diawali perceraian kongsi (restrukturisasi) dengan Grup Bakrie di Bumi Plc. BORN dan Bakrie, sejak akhir 2011, punya 47,6% saham Bumi Plc lewat dua special purpose vehicle (SPV), Borneo Bumi Energi & Metal Pte. Ltd. (BBEM) dan Bumi Borneo Resources Pte. Ltd. (BBR). BORN menguasai 51% saham BBEM dan 49% saham BBR. Demikian sebaliknya dengan Grup Bakrie. Saat ini, BBEM menguasai 54,15 juta saham dengan hak suara (setara 22,5%) Bumi Plc. Sementara BBR menguasai 60,44 juta saham tanpa hak suara (setara 25,1%) Bumi Plc.
Nah, pemisahan kongsi di dua SPV itu dilakukan dengan tiga cara. Pertama, BORN akan mentransfer kepemilikan 49% saham BBR kepada Bakrie. Kedua, Bakrie, sebaliknya., akan mentrasfer 49% saham BBEM ke BORN. Ketiga, BBR bakal mentrasfer 3 juta saham tanpa hak suara Bumi Plc ke BORN. Saham ini kelak akan berubah menjadi saham dengan hak suara setelah transaksi itu selesai. Tentu eksekusi restrukturisasi ini tak bisa dilakukan segera. Sebab, nasibnya masih ditentukan oleh pembelian kembali (buyback) 29,2% saham Bumi Plc di PT Bumi Resources Tbk (BUMI) oleh Bakrie, serta penyerahan hak (waiver) Bakrie kepada BORN beserta perusahaan afiliasi untuk menawar saham Bumi Plc yang belum dimilikinya. Andai restrukturisasi selesai, BORN akan menguasai 100% saham BBEM. Selanjutnya, lewat perusahaan afiliasi di bawah naungan Borneo Group, bernama yakni Ravenwood Pte. Ltd, Samin Tan akan membeli 23,8% saham Bumi Plc milik Bakrie senilai US$ 223 juta. Akankah ada uang tunai yang diserahkan Samin kepada Grup Bakrie? "Saya akan bayar," tegas Samin Tan, saat dihubungi KONTAN. Maklum saja, BORN telah lama meminta kompensasi atas keputusan sepihak Bakrie mencabut investasi di Bumi Plc. Penggunaan Ravenwood pun bukan tanpa alasan. Sebab, BORN akan mengakuisisi saham Ravenwood, dan akhirnya memiliki 47,6% saham Bumi Plc sehingga terkonsolidasi dalam laporan keuangannya. Langkah ini dinilai strategis, karena Bumi Plc masih menguasai 85% saham PT Berau Coal Energy Tbk (BRAU). Secara praktis, BORN juga merasa untung karena bisa menambah 23,8% saham Bumi Plc dengan harga GBP 6,75 per saham, lebih rendah dibanding pembelianĀ tahun 2011 diharga GBP 10,9 per saham. Jika terealisasi, skenario ini menghadirkan nafas baru bagi BORN. Sebab, BORN kini tengah dikejar kewajiban untuk melunasi utang US$ 1 miliar kepada Standard Chartered Bank (StanChart). Utang itu dahulu yang digunakan untuk mengakuisisi 23,8% saham Bakrie di Bumi Plc. Dalam laporan keuangan per 31 Desember 2012, BORN mengungkapkan sempat ada perselisihan dengan Stanchart atas utang ini. Pangkal soalnya adalah BORN dianggap melanggar klausul utang, khususnya nilai kekayaan bersih berwujud di bawah saldo minimum yang ditetapkanĀ yakni US$ 800 juta. Sejatinya, pelanggaran iniĀ memberikan hak bagi Stanchart untuk menagih seluruh pinjaman yang belum dicicil BORN senilai US$ 950 juta. Namun, pada 2 Juli 2013, Stanchart telah membebaskan BORN dari pelanggaran klausul utang dan tengah bernegosiasi dengan BORN.
Pada 24 Juni 2013, BORN mencicil utang senilai US$ 50 juta. Dana percepatan pembayaran utang diambil dari dividen Bumi Plc yang diterima BORN. Strategi menjual 20% saham anak usaha, PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT) juga terus diusahakan. BORN tengah bernegosiasi dengan Posco Group atas divestasi AKT dengan nilai sekitar US$ 500 juta. Strategi lain yang dijajaki BORN adalah menerbitkan obligasi. Alexander Ramlie, Presiden Direktur BORN pernah bilang, rencana ini tergantung kondisi pasar. "Tidak bisa ditentukan kapan pastinya," jelasnya. Kemarin, saham BORN lepas dari suspensi dan anjlok 14,29% menjadi Rp 330 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yuwono Triatmodjo