KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (
HMSP) mencatatkan penurunan margin laba kotor menjadi 18,6% pada semester I 2021 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 21,8%. Presiden Direktur HM Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis menjelaskan penurunan tersebut terutama disebabkan kenaikan cukai signifikan. Pada tahun 2020, tarif cukai untuk Sigaret Kretek Mesin (SKM) meningkat 25,9% dan berlanjut naik 14,2% pada 2021. Sementara itu, tarif cukai Sigaret Kretek Tangan (SKT) naik 11,7% pada 2020 dan tidak mengalami kenaikan pada 2021.
Hal tersebut juga menyebabkan penurunan laba bersih HMSP pada paruh pertama tahun ini. Selama enam bulan kemarin, Sampoerna membukukan laba bersih sebesar Rp 4,1 triliun atau turun 15,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4,9 triliun.
Baca Juga: Perusahaan rokok: HMSP, GGRM hingga Djarum dapat insentif cukai belasan triliun "Dengan ini, kontribusi pembayaran pajak kami kepada pemerintah turun 2,5% atau lebih rendah Rp 800 miliar dari tahun lalu," ujarnya dalam paparan publik, Kamis (9/9). Kendati begitu, perusahaan masih tetap mampu menjaga penjualan pada paruh pertama tahun ini. Di semester I-2021, penjualan HMSP tercatat tumbuh 6,5% menjadi Rp 47,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 44,7 triliun. Capaian itu, menurut Mindaugas, tak lepas dari kenaikan volume sebesar 3,9% menjadi 40 miliar batang dibandingkan semester I-2020 sebanyak 38,5 miliar batang. Selain itu juga dari inovasi yang dilakukan perusahaan dalam meluncurkan produk baru.
Ia memaparkan, November 2020 perusahaan telah meluncurkan inovasi pada produk SPT (sigaret putih tangan) dengan memperkenalkan produk Marlboro Crafted 12. Mindaugas menjelaskan, produk ini awalnya hanya tersedia di Bali dan Sumatra, tetapi saat ini distribusinya sudah menjangkau seluruh Indonesia dengan pangsa pasar nasional sebesar 0,3%.
Baca Juga: GGRM, HMSP hingga Djarum dapat insentif cukai hingga belasan triliun Menilik laporan keuangan HMSP, pada semester I-2021 perusahaan berhasil membukukan penjualan dari segmen SPT sebesar Rp 139,02 miliar. Hasil itu tumbuh 100% lantaran periode yang sama tahun lalu perusahaan tidak membukukan pendapatan pada segmen tersebut.
Selain SPT, pada Agustus 2020 perusahaan juga telah mengembangkan segmen SKT dengan memperkenalkan Dji Sam Soe Elite 12s. "Namun, karena pandemi Covid-19 saat ini hanya tersedia di beberapa tempat di Sumatra," sebutnya. Beriringan dengan tidak naiknya tarif cukai sigaret kretek tangan (SKT) turut mendongkrak pangsa pasar segmen itu yang naik 0,3% basis poin menjadi 7% di semester I-2021. Selain SKT, segmen premium HMSP turut berhasil menjaga pangsa pasarnya, seperti Sampoerna A yang mencatatkan kenaikan pangsa pasar 0,5% menjadi 12,4%. "Segmen putih mesin (SPM) seperti Marlboro berhasil menjaga pangsa pasar tetap stabil setelah sebelumnya terus kehilangan pangsa pasar selama 5 tahun terakhir," bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli