KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia properti sudah menjadi bagian dari hidup Rizkan Firman. Tak hanya mahir merancang bangunan, Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti Tbk (ADCP) ini juga piawai mendesain investasi di bidang properti. Lulusan teknik arsitektur Universitas Diponegoro ini antusias mendalami properti sejak usia yang cukup belia. Ketertarikan Rizkan sudah terbangun sejak keluarganya menanamkan literasi keuangan soal pentingnya investasi. Sebagai instrumen konvensional, properti dinilai lebih aman dan memberikan prospek pertumbuhan menarik. "Jadi ada pengaruh dari keluarga. Orang tua mengajarkan, kalau sudah punya dana lebih, coba investasi ke properti," tutur Rizkan kepada Kontan.co.id, Kamis (10/10).
Bagai sudah menjadi garis tangan, Rizkan pun berkarier di dunia properti. Pria kelahiran Sawahlunto, 24 November 1969 ini sudah hampir tiga dekade menggeluti sektor properti di Grup BUMN Karya, mulai dari Wijaya Karya hingga kini bergeser ke Adhi Karya.
Baca Juga: Begini Perkembangan Pembangunan Proyek TOD LRT City Tebet Pengalaman tersebut telah mengasah kemampuan Rizkan dalam menggali cuan di aset properti. Catatan dia, meski identik sebagai instrumen yang aman, tapi mesti tetap jeli saat berinvestasi properti. Selain agar terhindar dari risiko penipuan, harus cermat melihat potensi sejauh mana properti yang akan dibangun atau dibeli bisa menumbuhkan imbal hasil. Rizkan mencontohkan strategi investasi yang berbeda pada segmen rumah tapak (landed house) dan apartemen (high-rise residential). Sejalan dengan prospek kenaikan harga lahan yang semakin tinggi, maka rumah tapak lebih berpotensi menghasilkan keuntungan (capital gain). "Apalagi jika lokasi strategis di kawasan yang terus berkembang. Dulu belum ada fasilitas komersial atau akses transportasi massal, sekarang ada. Itu pasti harga tanah naik, capital gain landed house akan menarik," terang Rizkan. Sedangkan untuk high-rise residential, strategi investasi yang lebih cocok adalah mengejar pendapatan berulang (recurring income) dari hasil penyewaan. Daya tarik terhadap high-rise residential akan bertambah jika apartemen tersebut memiliki nilai lebih dibandingkan rumah tapak. Di samping lokasi yang strategis, akses yang dekat atau terintegrasi dengan transportasi massal akan menjadi nilai tambah bagi apartemen. Rizkan pun melirik apartemen dengan konsep simpul transportasi massal alias Transit Oriented Development (TOD).
Literasi Investasi
Di samping memilih aset properti, dalam beberapa tahun terakhir Rizkan mulai mendalami saham. Pada awalnya Rizkan melakukan aksi ini untuk lebih mengenal seluk-beluk pasar modal, sehubungan membawa ADCP melakukan Initial Publik Offering (IPO) pada Februari 2022 lalu. Meski menarik, tapi sejauh ini Rizkan mengaku belum begitu fokus dan serius untuk mendalami instrumen saham. Rizkan pun mengaku lebih suka menjadi investor saham jangka panjang sambil melirik sektor-sektor yang potensial. Saham favorit Rizkan antara lain berada di sektor perbankan. "Intinya harus fokus. Kalau mau masuk ke suatu instrumen investasi, jangan hanya iseng, karena itu nantinya jadi lebih ke spekulasi," imbuh Rizkan. Sebagai tipe investor yang konservatif, Rizkan selektif memilih instrumen dengan tingkat risiko yang masih dapat terkontrol. Dus, saat ini keranjang investasi Rizkan dominan diisi oleh aset properti sebanyak 85%. Sementara porsi saham dan instrumen lainnya sekitar 15%.
Baca Juga: Adhi Commuter Properti (ADCP) Groundbreaking Hunian Vertikal Grand Central Bogor Tak hanya soal menjaring cuan dari capital gain atau recurring income, Rizkan lebih memilih aset properti karena bisa menjadi instrumen jangka panjang yang cenderung aman. Bukan hanya bagi Rizkan secara pribadi, tapi juga bisa diwariskan untuk putra-putrinya. Hanya saja, mengelola warisan tak semudah membalik telapak tangan. Dalam hal ini, Rizkan menekankan pentingnya literasi keuangan & investasi, supaya anak-anaknya bisa mengelola aset secara tepat dan cermat. Menurut Rizkan, sangat penting untuk memberikan literasi investasi sejak dini, terutama bagi Gen-Z. "Konsumsi dan lifestyle boleh, tapi harus mengukur, ada masa depan yang mesti dipersiapkan. Sebagai orang tua, perlu juga menyiapkan legacy, karena mereka akan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang tuanya," tandas Rizkan.
Mahir Piano dan Gemar Foto
Di sela kesibukan mengurusi perusahaan dan juga investasi, Rizkan menyempatkan menikmati sejumlah hobinya untuk menghilangkan penat. Sebelum mahir menggambar sebagai arsitek, Rizkan lebih dulu memakai jari jemarinya untuk memainkan piano. Berasal dari keluarga yang gemar musik, Rizkan sempat menekuni piano klasik. Rizkan bahkan nyaris menjadi pemain piano profesional selepas tamat Sekolah Menengah Atas (SMA). "Belajar dan sering main piano kira-kira sampai kelas dua SMA. Saya disuruh melanjutkan sekolah musik kalau nggak masuk (universitas) negeri," kenang Rizkan. Takdir pun mengantarkan Rizkan masuk ke Teknik Arsitektur di Universitas Diponegoro. Setelah itu, Rizkan pun tak lagi mengasah keterampilannya berpiano. "Sudah lama nggak main. Jadi dulu memang cukup jago, tapi kalau sekarang jangan ditanya deh," kelakar Rizkan.
Guna mengobati kerinduan, Rizkan gemar menonton konser piano, dan tak pernah ketinggalan untuk menyaksikan Java Jazz. Di samping musik, ayah dari tiga anak ini sedang gemar untuk solo traveling, atau hanya pergi berdua bersama sang istri. Aktivitas ini menjadi me time bagi Rizkan untuk healing atau berkontemplasi. Sekaligus menyalurkan hobi dan keahlian Rizkan yang lain, yakni fotografi. Bentang kota (cityscape) menjadi fenomena incaran Rizkan. "Saya senang fotografi, suka cityscape. Sering memotret di Jakarta, atau sekalian ketika traveling," imbuh Rizkan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat