Strategi Investasi di Tahun Politik dan Saham Pilihan Analis



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Momentum pemilihan umum (pemilu) masih menjadi tema besar investasi di tahun ini. Untuk itu, investor diharapkan lebih jeli mencermati dampak pemilu terhadap pasar modal tanah air.

Kepala Riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Robertus Yanuar Hardy, mencermati, terdapat kecenderungan indeks saham bergerak stagnan atau menurun pada periode tahun pemilu. Namun, indeks biasanya membaik setelah adanya kejelasan hasil pemilu.

Dia meyakini, potensi meningkatnya volatilitas pada paruh pertama 2024 tidak akan berdampak terlalu besar terhadap penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ini karena kemungkinan besar IHSG akan didukung oleh saham sektor sektor ritel, barang konsumsi, dan saham energi terbarukan.


“Oleh karena itu, untuk paruh pertama 2024, kami merekomendasikan strategi alokasi aset yang lebih konservatif,” terang Robertus. Adapun alokasi aset yang bisa diterapkan yakni 60% untuk instrumen pasar uang dan 40% untuk instrumen obligasi korporasi.

Baca Juga: Ekspansi Mal dan Hotel Berlanjut, Analis Rekomendasi Buy Saham PWON

Kemudian, Robertus melihat adanya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral pada paruh kedua 2024. Bank Indonesia (BI) diekspektasikan akan menerapkan kebijakan moneter yang pro-pertumbuhan pada periode ini.

Jika digabungkan dengan sentimen kepastian hasil pemilu, Mirae Asset Sekuritas menyarankan strategi alokasi aset yang lebih agresif untuk paruh kedua tahun 2024. Adapun alokasi aset yang bisa diterapkan untuk paruh kedua 2024 yakni sebanyak 60% saham blue-chip atau second liner dan 40% untuk instrumen obligasi pemerintah. 

Robertus memproyeksi IHSG akan berada pada level 8.100 pada tahun 2024.  Target IHSG ini menyiratkan rasio price to earnings (PE) 14 kali sampai 15 kali, dengan perkiraan pertumbuhan laba bersih per saham atau earnings per share (EPS) sebesar 5% - 6% secara year-on-year (YoY).

Robertus menilai, ada sejumlah faktor yang mendukung target ini. 

Baca Juga: Saham Sejumlah Multifinance Menghijau Tahun Lalu, Begini Prospeknya pada 2024

Pertama, potensi pelonggaran kebijakan moneter, yang dapat mengurangi faktor diskonto (risk free rate) pada instrumen ekuitas. Robertus melihat adanya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral, yang dapat memberikan dampak lebih positif pada pasar saham dan obligasi pemerintah.

Kedua, faktor yang mendukung IHSG tahun ini yakni kejelasan hasil pemilihan umum (pemilu).

Mirae Asset memperkirakan saham sektor perbankan, telekomunikasi, otomotif, dan sektor konsumer akan mendorong penguatan IHSG pada semester II-2024. Ada beberapa saham yang menjadi sorotan Mirae Asset Sekuritas tahun ini.

Di sektor perbankan, ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Kedua bank ini memiliki posisi strategis untuk menangkap potensi pertumbuhan penetrasi produk jasa keuangan tanah air.

 
BBCA Chart by TradingView

BBRI memiliki posisi strategis dalam menyalurkan kredit Usaha Kecil Menengah (UKM). Sedangkan BBCA memiliki likuiditas loan-to-deposit ratio (LDR) yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industri, sehingga menjanjikan peluang pertumbuhan kinerja yang signifikan.

Baca Juga: Produksi Triputra Agro (TAPG) Turun Tahun Lalu, Simak Rekomendasi Sahamnya

Di sektor telekomunikasi, ada PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT). Kedua emiten ini terpoles besarnya pasar internet di Indonesia.

Kemudian, ada saham PT Astra International Tbk (ASII) di sektor otomotif. Potensi meningkatnya mobilitas masyarakat pada masa pemilu, menurut Robertus akan lebih mendorong pertumbuhan penjualan motor dibandingkan mobil. Kecuali tahun 2009, penjualan sepeda motor cenderung meningkat pada tahun-tahun pemilu, seperti tahun 2004, 2014, dan 2019.

Di sektor barang konsumsi, ada PT Buyung Poetra Sembada  Tbk (HOKI), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Ace Hardware Tbk (ACES), dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Keempat emiten ini dinilai mampu menangkap peluang potensi kenaikan belanja konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli