KONTAN.CO.ID - Jensen Huang sukses membawa Nvidia menjadi perusahaan paling bernilai di dunia, dengan valuasi sekitar US$4,3 triliun. Sekarang, chip buatan Nvidia menjadi fondasi utama revolusi kecerdasan buatan (AI) global. Mulai dari pusat data, komputasi awan, hingga model AI generatif tercanggih. “Kami sedang membangun teknologi paling berdampak yang pernah dikenal dunia. Bagi manusia mana pun, ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan," kata Huang dalam wawancara dengan
TIME pada akhir November 2025.
Menjelang akhir Desember 2025, Jensen Huang duduk di peringkat kedelapan dalam daftar orang terkaya di dunia dengan kekayaan mencapai US$159,5 miliar. Kekayaannya melonjak tajam sejak tren AI meledak tahun ini.
Baca Juga: Profil He Xiangjian: Kisah Sukses dari Industri Rumah Tangga Bersama Midea Kedekatan dengan Donald Trump Mempermudah Urusan
Nama Nvidia berasal dari kata Latin invidia yang berarti “iri”. Namun, Jensen Huang mengaku tak bisa memikirkan satu pun hal yang ia iri kepada orang lain. “Saya punya kehidupan yang sangat luar biasa,” ujar Huang sambil menyebutkan berbagai hal yang ia syukuri, seperti pernikahan yang bahagia, anak-anaknya yang telah dewasa, hingga dua anjing kesayangannya. Saat wawancara berlangsung, Jensen Huang tengah menikmati hubungan yang semakin erat dengan Presiden AS Donald Trump, yang baru kembali berkuasa. Hubungan yang terjalin sepanjang tahun itu mulai menunjukkan hasil nyata bagi Nvidia. Selama bertahun-tahun, Nvidia terdampak keras oleh pembatasan ekspor chip AS, yang melarang pengiriman produk canggih ke pasar-pasar besar seperti China, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Namun, situasi itu mulai berubah. Tiga hari sebelum wawancara dengan TIME, Huang bertemu Trump dan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), di Washington. Tak lama setelah pertemuan tersebut, pemerintah AS mengumumkan bahwa puluhan ribu chip Nvidia yang dipesan oleh Saudi dan UEA.
Baca Juga: Siapa Jared Isaacman? Miliarder yang Kini Memimpin NASA Ekspor Chip Menguntungkan Keamanan AS
Argumen utama Nvidia sederhana, pembatasan ekspor justru kontraproduktif. Menurut Huang, larangan tersebut hanya mendorong China mempercepat pengembangan chip domestik, yang dalam jangka panjang bisa melemahkan dominasi teknologi Amerika Serikat. Sebaliknya, dengan menjual chip Nvidia ke China, AS bisa menghambat kemandirian teknologi China, menjaga dominasi teknologi AS, membuka kembali pasar bernilai puluhan miliar dolar, hingga menghasilkan penerimaan pajak besar. “Kami ingin Amerika menjadi negara terkaya agar bisa mendanai militer terkuat. Itu kontribusi kami terhadap keamanan nasional," ungkap Huang. Argumen tersebut sepertinya bisa diterima. Pada November lalu, Trump mempertimbangkan untuk mengizinkan ekspor chip Nvidia H200 ke China. Sebagai gambaran, chip ini merupakan produk tercanggih dari generasi Hopper dan jauh lebih kuat dibandingkan chip yang sebelumnya diizinkan masuk ke China, meskipun masih berada di bawah seri Blackwell yang dijual di AS.
Baca Juga: Olivier Janssens, Miliarder Kripto yang Picu Isu Negara di Dalam Negara Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News