KONTAN.CO.ID - Raksasa teknologi Nvidia kian agresif dalam mengintegrasikan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) ke dalam operasional internalnya. CEO Nvidia, Jensen Huang, secara terbuka menginstruksikan seluruh jajaran timnya untuk memprioritaskan pemanfaatan AI dalam setiap proses kerja yang memungkinkan guna meningkatkan efisiensi perusahaan. Dalam pertemuan internal terbaru perusahaan, Huang memberikan penekanan bahwa transformasi digital ini tidak seharusnya dipandang sebagai ancaman terhadap stabilitas pekerjaan.
Menepis Resistensi Internal
Instruksi Huang ini muncul sebagai respons terhadap adanya laporan mengenai keraguan di tingkat manajerial. Sebagian manajer dilaporkan sempat menyarankan staf mereka untuk membatasi penggunaan alat bantu AI dalam tugas harian. Melansir Yahoo Finance, Huang menilai sikap tersebut kontraproduktif dengan visi perusahaan. Ia menegaskan bahwa setiap tugas yang memiliki potensi untuk diotomatisasi harus segera beralih menggunakan teknologi tersebut. Bahkan, Huang meminta karyawan untuk terus menggunakan AI meskipun hasil awalnya belum sempurna, hingga sistem tersebut mencapai tingkat akurasi yang optimal. Posisi AI di mata Huang adalah sebagai keterampilan dasar yang wajib dimiliki. Melalui pendekatan ini, ia memosisikan teknologi bukan sebagai pengganti manusia, melainkan sebagai instrumen pemberdaya yang memperluas kapasitas kerja individu seiring dengan skala bisnis Nvidia yang terus membesar.Pertumbuhan Tenaga Kerja di Tengah Automasi
Menariknya, tren penggunaan AI di Nvidia tidak berjalan beriringan dengan pemangkasan jumlah karyawan, sebuah fenomena yang sering dikhawatirkan dalam narasi otomatisasi. Huang justru menyoroti pertumbuhan signifikan dalam struktur organisasi perusahaan. Berdasarkan data internal, jumlah karyawan Nvidia tercatat melonjak dari sekitar 29.600 orang pada akhir tahun fiskal 2024 menjadi sekitar 36.000 orang pada tahun berikutnya. Meski terjadi kenaikan jumlah staf, Huang menyebut perusahaan sebenarnya masih membutuhkan tambahan sekitar 10.000 orang lagi untuk mencapai kapasitas ideal guna memenuhi permintaan pasar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan beberapa perusahaan teknologi besar lainnya di Silicon Valley. Raksasa seperti Microsoft, Meta, Google, dan Amazon cenderung melakukan efisiensi tenaga kerja melalui perlambatan perekrutan atau bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK), sembari mengintegrasikan asisten AI ke dalam evaluasi kinerja mereka. Tonton: Harga Emas Antam Hari Ini Kembali Bersinar (26 Desember 2025)Visi 100 Juta Asisten AI
Di departemen teknis Nvidia, implementasi AI sudah menjadi standar keseharian. Para insinyur dilaporkan telah memanfaatkan asisten pengkodean berbasis AI, salah satunya adalah Cursor, untuk mempercepat proses pengembangan perangkat lunak dan desain chip. Dikutip dari Yahoo Finance, Jensen Huang memiliki visi jangka panjang untuk menjadikan Nvidia sebagai perusahaan dengan komposisi 50.000 karyawan manusia yang didampingi oleh 100 juta asisten AI di seluruh grup kerja. Visi ini didasarkan pada keyakinan bahwa setiap posisi jabatan mungkin tidak berubah secara formal, namun konten dan cara penyelesaian tugasnya akan bergeser total. Berikut adalah beberapa poin utama strategi integrasi AI yang diterapkan di internal Nvidia:- Otomatisasi Lintas Divisi: Mengidentifikasi setiap tugas repetitif untuk dialihkan ke sistem AI.
- Pemanfaatan Asisten Pengkodean: Penggunaan alat bantu seperti Cursor untuk efisiensi teknis para insinyur.
- Adaptasi Budaya Kerja: Mendorong perubahan pola pikir karyawan untuk melihat AI sebagai rekan kerja, bukan kompetitor.
- Eksperimen Berkelanjutan: Menggunakan teknologi AI secara rutin meskipun masih dalam tahap penyempurnaan.