TOKYO. Saat Mohamed Faran mengunjungi Fukuoka pada 2006 lalu, warga muslim Singapura ini hanya bisa mencicipi menu salad dan mi instan selama lima hari kunjungannya ke Negeri Sakura itu. Sehingga, saat pria berusia 27 taun itu kembali mengunjungi Jepang saat ini, dia bernafas lega karena bisa mencicipi beragam kuliner kas Jepang dengan logo Halal. Sebut saja udon, yakiniku, dan arare. Bahkan dia bisa membawakan makanan tersebut sebagai oleh-oleh bagi kerabat dan koleganya. Sulitnya mendapatkan makanan halal banyak dikeluhkan oleh warga muslim yang tinggal di Jepang. Namun, kondisi ini mulai berubah saat Negeri Matahari Terbit ini mulai mengambil langkah-langkah strategis untuk mengakomodir makanan halal yang selama ini diabaikan.
Strategi Jepang menarik turis muslim
TOKYO. Saat Mohamed Faran mengunjungi Fukuoka pada 2006 lalu, warga muslim Singapura ini hanya bisa mencicipi menu salad dan mi instan selama lima hari kunjungannya ke Negeri Sakura itu. Sehingga, saat pria berusia 27 taun itu kembali mengunjungi Jepang saat ini, dia bernafas lega karena bisa mencicipi beragam kuliner kas Jepang dengan logo Halal. Sebut saja udon, yakiniku, dan arare. Bahkan dia bisa membawakan makanan tersebut sebagai oleh-oleh bagi kerabat dan koleganya. Sulitnya mendapatkan makanan halal banyak dikeluhkan oleh warga muslim yang tinggal di Jepang. Namun, kondisi ini mulai berubah saat Negeri Matahari Terbit ini mulai mengambil langkah-langkah strategis untuk mengakomodir makanan halal yang selama ini diabaikan.