Strategi mengadang ulah pelukis gadungan (3)



Kesabaran dan ketekunan Komang Adi dalam merintis bisnis lukisan, kini membuahkan hasil. Menurutnya, dibandingkan tahun 1997, ketika ia mulai melukis, apresiasi masyarakat terhadap karya lukis sudah jauh lebih bagus sekarang ini.

"Dulu masih banyak orang yang tidak mengerti seni dalam lukisan. Namun, sekarang sudah semakin banyak tertarik, bahkan mengoleksinya," tuturnya.

Tak heran, Komang pun  merasakan derasnya pesanan yang masuk ke galeri miliknya. Di sisi lain, hal ini menjadi tantangan baginya. Supaya bisa memenuhi permintaan, bapak tiga putra ini harus rajin merekrut pelukis baru.


Padahal, tidak mudah melatih seorang pelukis agar bisa memberikan karya yang berkualitas dan bernilai jual. "Kadang saya perlu waktu dua hingga tiga bulan untuk melatih mereka secara rutin. Itu pun masih saya bimbing, saya kontrol  mana yang kurang dari hasil lukisan mereka," ungkap Komang.

Tantangan lain, ia harus terus menjaga supaya para pelukis tidak cepat bosan ataupun melukis hanya sekedar untuk memenuhi permintaan, tanpa ada perkembangan kualitas.

Nah, supaya para pelukis tidak bosan, Komang rutin memutar tema lukisan yang harus dikerjakan oleh setiap pelukis. Cara ini, sekaligus dilakoni supaya tiap pelukis terus belajar tema baru, dan mendapat tantangan sehingga bisa berkembang.

"Karena karya seni itu bukan sekedar masalah mencari uang, tapi juga bagaimana si perajin menikmatinya, sehingga karya yang dihasilkan berkualitas," ujar pemilik Komang Adi Gallery ini.

Selain tantangan dari dalam, pria kelahiran 36 tahun silam ini pun kerap  menghadapi tantangan dari luar. Misalnya, sekarang ini, banyak pelukis 'gadungan' yang sekedar menjiplak  lukisan-lukisan di galerinya. Setelah menjiplak, pelukis tersebut menjual lukisan dengan harga jual setengah dari harga lukisan yang sama di galeri Komang.

Komang mengatakan, beberapa tahun terakhir ini, harga lukisan jeblok karena ulah pelukis gadungan yang menjatuhkan harga di pasaran. Sejauh ini, ia belum punya cara yang mumpuni untuk mengatasi kendala itu. Pasalnya, perlindungan terhadap karya seni seperti lukisan, masih sulit di Indonesia.

Kalaupun, ia melihat karyanya dijiplak, sulit membuktikannya. Belum lagi, karena itu karya tersebut dilukis oleh orang yang berbeda dan dibubuhi tanda tangan pelukis baru. Satu-satunya cara yang bisa ia lakukan sebagai jalan keluar yaitu dengan terus berinovasi menghasilkan  karya-karya baru supaya tidak mudah ditiru.

Misalnya, kata Komang, saat ini sedang tren lukisan aliran abstrak, bunga, dan Buddha. Maka, ia meminta para pelukis di galerinya untuk membuat karya-karya sesuai tren lukisan terbaru.

Ke depan, ia bertekad menambah luas galerinya yang berlokasi di Bali, dan melahirkan lebih banyak pelukis-pelukis baru. Bagi para pecinta seni yang ingin menjadi wirausahawan, Komang berbagi tips.

Ia bilang, pebisnis harus tekun dan bersabar. Berusaha sedikit demi sedikit sambil terus menghargai seni yang dicintai. "Kalau sudah niat menjalani dan menghargai seni, pasti perlahan-lahan usahanya akan menjadi besar," ucapnya.        (Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri