KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana segar dari penawaran umum perdana saham alias
initial public offering (IPO) menjadi pelumas untuk menggeber ekspansi. Tapi momentum industri dan makroekonomi jadi pertimbangan emiten menggenjot atau menahan serapan dana hasil IPO. Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro melihat IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi opsi yang sangat menarik dalam menghimpun dana. Apalagi di tengah tren kenaikan suku bunga acuan yang masih berlangsung hingga saat ini. Kondisi tersebut akan mempengaruhi minat perusahaan untuk mendapatkan pendanaan alternatif. Apalagi, IPO menawarkan berbagai keuntungan. Antara lain mendapat modal dengan waktu yang relatif cepat dari investor, dan meningkatkan image perusahaan.
"Perusahaan pun bisa melakukan aksi korporasi lanjutan setelah IPO. Misalnya dapat menerbitkan lebih banyak saham untuk dijual selama terdapat permintaan pasar, bisa dengan opsi seperti
rights issue," kata Nico kepada Kontan.co.id, Senin (16/1).
Baca Juga: Vastland Indonesia (VAST) IPO, Begini Perbandingan Valuasinya dengan Saham MMLP Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Johan Trihantoro menambahkan, pemilihan sumber dana lewat pasar modal dapat meminimalkan
cost of capital. Pasar modal juga menarik sebagai sumber pembiayaan jangka panjang dalam mengembangkan usaha. "Ketidakpastian pertumbuhan ekonomi seiring tingginya inflasi dan suku bunga, tentu menjadi pertimbangan korporasi dalam mendapatkan pendanaan melalui sumber kredit atau pasar modal sehubungan rencana ekspansinya," imbuh Johan.
Baca Juga: Kejar Kenaikan Pendapatan 30%, Jayamas Medica (OMED) Siapkan Capex Rp 350 Miliar Realisasi Dana Hasil IPO
Emiten pun mulai ramai melaporkan penggunaan dana hasil IPO per 31 Desember 2022. Antara lain ada PT Black Diamond Resources Tbk (
COAL) yang mengantongi hasil bersih dari IPO sebesar Rp 120 miliar (setelah dikurangi biaya penawaran umum). Perusahaan tambang batubara yang baru IPO pada 7 September 2022 itu mengalokasikan dana hasil IPO untuk belanja modal dan modal kerja. COAL sudah membelanjakan Rp 55,42 miliar atau 46,18% dari total dana bersih yang dihimpun lewat IPO. Berikutnya ada PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (
MTEL). Emiten menara telekomunikasi yang dikenal dengan brand Mitratel ini mengantongi hasil bersih Rp 18,46 triliun dari IPO pada 22 November 2021. Sampai dengan akhir tahun lalu, MTEL merealisasikan dana IPO senilai Rp 14,10 triliun atau 76,38% dari total modal yang terhimpun. MTEL menyerap dana IPO untuk belanja modal organik, anorganik, dan modal kerja.
Baca Juga: Emiten Atur Strategi Menghadapi Cekikan Bunga Tinggi PT Trimegah Karya Pratama Tbk (
UVCR) resmi melantai di BEI pada 27 Juli 2021. Emiten yang dikenal dengan branding Ultra Voucher ini menerima dana segar Rp 47,40 miliar yang sudah berhasil terserap seluruhnya Lain cerita dengan PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (
WEGE) yang baru merealisasikan 68,54% dari total dana bersih IPO, meski sudah melantai di BEI sejak 30 November 2017. WEGE mengantongi Rp 809,88 miliar dari IPO, dengan realisasi penggunaan dana baru sebesar Rp 555,16 miliar. Johan memandang, setiap emiten memang punya jadwal dan rencana masing-masing dalam menyerap dana hasil IPO. Meski begitu, emiten akan mempertimbangkan kembali faktor internal dan eksternal dalam membelanjakan dana IPO, apalagi di tengah gejolak ekonomi yang masih membayangi. "Ini akan menjadi pertimbangan manajemen dan penting kembali menyusun rencana model bisnis dan mitigasi. Sehubungan pengaruh ancaman kondisi ketidakpastian pertumbuhan ekonomi," sebut Johan.
Baca Juga: IPO Sempat Tertunda Hillcon (HILL), Ini Alsannya Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, punya pandangan serupa. Di tengah isu resesi global yang masih menghantui, ada kecenderungan emiten akan menahan ekspansi atau telebih dulu wait and see. Dengan begitu, dana IPO akan direalisasikan dengan lebih selektif. "Jika memang mau tidak mau harus ekspansi, maka ekspansinya akan cenderung bertahap," ujar Sukarno. CEO Edvisor.id Praska Putrantyo menimpali, dana IPO umumnya dipakai oleh emiten untuk modal kerja dan belanja modal dalam membiayai ekspansi. Bagian lainnya juga sering digunakan untuk pembayaran utang. Sedangkan pada dana IPO yang tersisa tidak menutup kemungkinan untuk ditempatkan pada pasar uang. Meski begitu, Praska melihat penyerapan dana IPO tetap akan disesuaikan dengan
timeline dan rencana bisnis emiten. Sehingga, emiten cenderung tidak menahan ekspansi jika sudah ada dalam perencanaan bisnis. Terlebih pada sektor industri yang sedang mendapat momentum seperti pertambangan batubara. "Jadi (penyerapan) harus sesuai dengan
timeline agar dana IPO bisa efektif," kata Praska.
Baca Juga: Menatap Tahun 2023, Bisnis Sekuritas Punya Banyak Tantangan Nico turut berpandangan, jika tidak ada urgensi, dana hasil IPO kemungkinan diserap secara bertahap. Tapi emiten justru akan menggeber realisasi penggunaan dana IPO untuk mengejar momentum industri dan makroekonomi. Harapannya, ekspansi yang dilakukan bisa berdampak efektif untuk segera mengerek pertumbuhan bisnisnya. "Kalau emiten menahan, seharusnya tahun 2022 lalu saat suku bunga dan risiko sedang naik, IPO akan sedikit. Tapi nyatanya, justru terbanyak," imbuh Nico. PT RMK Energy Tbk (
RMKE) mengamini, momentum sektoral menjadi faktor yang krusial. Head Investor & Public Relations RMKE, Julius Caesar Samosir, mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menyerap seluruh dana yang didapat dari IPO, yakni sebesar Rp 176,43 miliar.
Baca Juga: Proyek Smelter Mulai Ramai, Cadangan Nikel Berkadar Tinggi Minim Emiten jasa logistik dan perdagangan batubara yang melantai di BEI pada 7 Desember 2021 ini memakai dana IPO untuk investasi. Antara lain upgrade
conveyor line menjadi
double line dan akuisisi PT Truba Bara Banyu Enim. RMKE menggenjot ekspansi agar bisa mengoptimalkan momentum
booming komoditas batubara di tengah kebutuhan
energy security yang mendesak. "Hal ini menjadi peluang. Oleh karena itu kami secara cepat mengintegrasikan fasilitas yang ada untuk meningkatkan kinerja operasional dan finansial," kata Julius kepada Kontan.co.id, Senin (16/1). Emiten kuas cat dan sikat kayu, PT Ace Oldfields Tbk (
KUAS) juga gesit membelanjakan dana hasil IPO yang diperoleh pada 25 Oktober 2021. Corporate Secretary KUAS Hadi Sunardi, menyampaikan, pihaknya sudah merealisasikan seluruh dana IPO Rp 72,51 miliar untuk pembelian tanah dan bangunan, serta modal kerja. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati