KONTAN.CO.ID - Investasi saham sering digambarkan sebagai perjalanan berliku, lebih dari sekadar naik, tapi juga terjatuh. Menurut Charlie Munger, rekan lama Warren Buffett, salah satu tolok ukur utama seorang investor sejati adalah kemampuannya menghadapi penurunan besar. “Jika Anda tidak bersedia menghadapi penurunan harga pasar 50 persen dua atau tiga kali dalam satu abad, maka Anda tidak cocok jadi pemegang saham biasa, dan Anda pantas hasil biasa saja.”
Uji “Penurunan 50 Persen” (The 50 Percent Drop Test)
Munger menyoroti bahwa penurunan hingga 50 persen bukanlah kejadian langka dalam sejarah saham, bahkan pada perusahaan besar. Ketika pasar melemah atau krisis melanda, perusahaan yang secara fundamental kokoh bisa saja turun drastis. Munger menyatakan bahwa kesanggupan untuk tetap tenang dan tetap memegang saham ketika terjadi penurunan besar adalah tanda bahwa Anda siap untuk hasil luar biasa. Berarti investor perlu siap secara mental bahwa investasi saham atau instrumen berisiko tinggi bisa terjun bebas dalam jangka pendek. Jika tidak siap, kita bisa terpaksa menjual dengan rugi besar.Kenapa Banyak Investor Gagal Memenuhi Standar Munger
Banyak investor terpaksa menjual ketika pasar jatuh karena panik, kekurangan likuiditas, atau karena mereka tidak memahami fundamental investasi. Investor besar seperti Berkshire Hathaway, Amazon.com Inc., dan Apple Inc. semuanya pernah mengalami penurunan 50 persen atau lebih, namun pulih karena tetap bertahan dan fokus pada fundamental. Disiplin dalam waktu penurunan adalah kunci. Diketahui bahwa investor yang takut akan volatilitas sering kali memilih instrumen terlalu aman, sehingga hasilnya tidak tumbuh atau bahkan kalah inflasi. Dalam konteks praktis, aplikasi dana darurat, alokasi aset yang sesuai profil risiko, serta pemahaman bahwa keamanan mutlak bukan jaminan hasil besar.Strategi Buffett dan Munger untuk Mempertahankan dan Memanfaatkan Penurunan
Beberapa poin penting strategi mereka:- Memastikan portofolio tidak terlalu tergantung pada satu investasi sehingga jika satu investasi merosot besar maka seluruh portofolio tidak hancur.
- Memiliki likuiditas atau dana yang cukup sehingga tidak dipaksa menjual saat harga sedang jatuh.
- Fokus pada fundamental seperti kepemimpinan yang kuat, neraca keuangan sehat, potensi jangka panjang. Jika sebuah perusahaan mengalami penurunan tapi fundamental tetap kuat maka bisa jadi kesempatan membeli.
- Menghindari sikap terlalu aman karena investor yang terlalu takut terhadap risiko bisa saja melewatkan pemulihan besar setelah krisis.
Risikonya Bila Terlalu Bermain Aman
Panduan Praktis untuk Investor
Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan:- Tentukan profil risiko dengan jujur. Jika Anda tidak sanggup melihat portofolio turun hingga setengah, maka sebaiknya jangan berharap hasil besar dalam jangka panjang.
- Pilih perusahaan atau instrumen yang fundamentalnya kuat, misalnya perusahaan dengan neraca sehat, arus kas positif, dan keunggulan kompetitif.
- Diversifikasi agar tidak terlalu bergantung pada satu sektor atau saham saja.
- Sisihkan dana darurat atau likuiditas untuk menghindari menjual di waktu yang buruk karena kebutuhan mendesak.
- Berkembang secara mental dengan memahami bahwa volatilitas adalah bagian dari investasi, bukan indikasi bahwa Anda harus panik.