KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Layanan digital telehealth PT Siloam International Hospitals Tbk (
SILO) yakni MySiloam semakin menunjukkan perkembangan positif. Hal ini diperkirakan akan mendorong kinerja SILO tahun ini. Riset yang diterbitkan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia menyebutkan keberadaan MySiloam akan menjadi penopang kinerja rumah sakit di bawah Lippo Group itu. Sepanjang 2021, pemeriksaan pasien melalui MySiloam melesat 546%
year on year (yoy).Sementara sejak awal tahun 2022, perseroan mencatat akses pasien di MySiloam terus bertumbuh.
Direktur Eksektutif Lippo Group, John Riady, menjelaskan dengan kekuatan jaringan rumah sakit plus penguatan digital, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memprediksi SILO akan mampu membukukan pendapatan Rp 8,128 triliun dan laba bersih Rp 511 miliar pada tahun ini.
Baca Juga: Ini Rencana Ekspansi Siloam International (SILO) di Sepanjang 2022 “Sejauh ini, SILO menjadi pionir layanan digital kesehatan atau
telehealth yang langsung digawangi rumah sakit. Melalui MySiloam memungkinkan pasien SILO untuk membuat janji dengan dokternya, baik itu konsultasi offline atau online melalui aplikasi,” ujar dia dalam keterangan resminya, Senin (22/8). John mengungkapkan strategi digitalisasi yang dijalani SILO mengacu garis besar pengembangan Lippo Group. Meski terlihat sangat pro digitalisasi, dia menyimpulkan gerak masif teknologi informasi tidak seharusnya meninggalkan model bisnis konvensional. “Sejak awal saya meyakini bahwa tidak ada serba digital yang
vis a vis dengan layanan konvensional, keduanya harus dikolaborasikan. Istilah kerennya
omnichannel,” kata John. Karena itu, SILO pun berkomitmen terus melakukan ekspansi. Sedangkan dari layanan digital, selain mengandalkan My Siloam, SILO juga telah bekerja sama dengan platform lain seperti AIDO, HaloDoc, dan Alodokter.
Baca Juga: RS Siloam Labuan Bajo Buka Layanan Internasional Lebih lanjut, strategi
omnichannel ini tidak saja terdapat pada SILO, melainkan juga di berbagai lini bisnis Lippo Group. Selain SILO, jelas John, MPPA (Matahari Putra Prima) juga telah berkolaborasi dengan Tokopedia. John meyakini perkembangan digital harus saling memperkuat dengan layanan konvensional, terlebih lagi untuk karakter masyarakat Indonesia. “Kalau di sini untuk segmen ritel, belanja daring itu masih 10%, sedangkan 60% masih pasar tradisional, sisanya ritel modern. Jadi memang harus
omnichannel,” tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli