Strategi Pemerintah Capai Target Penggalangan Dana dari SBN pada 2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah optimis mencapai penggalangan dana lewat penerbitan dan penawaran Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 666,4 triliun pada 2024.

Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuanga (Kemenkeu) Deni Ridwan mengatakan bahwa penerbitan SBN di 2024 diwarnai dengan sejumlah tantangan. Misalnya, kebutuhan pembiayaan utang yang tinggi dan kapasitas pasar domestik yang terbatas.

"Tantangan lainnya juga dari Pemilu," ujarnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/12).


Baca Juga: Reksadana Saham Punya Prospek Menarik, Simak Sektor yang Jadi Favorit

Untuk itu, Deni mengatakan pemerintah telah menyiapkan sejumlah jurus dalam pengelolaan SBN. Ia menyebut, pemerintah memprioritaskan penerbitan SBN di pasar domestik dan SBN valas sebagai pelengkap dengan mengutamakan mata uang yang kuat.

Lalu, menyusun komposisi penerbitan yang optimal dengan mempertimbangkan biaya dan risiko serta minat investor. Kemudian melakukan optimalisasi peran mitra penjualan SBN dalam pengembangan pasar.

Selanjutnya, mengelola portofolio SBN secara aktif, serta menyusun strategi komunikasi edukasi dan sosialisasi serta bersinergi dengan dunia akademik dan stakeholder lainnya.

Adapun bentuknya, lelang Surat Utang Negara (SUN) akan dilakukan sebanyak 24 kali setiap hari Selasa. Kemudian, lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) juga sebanyak 24 kali setiap Selasa.

Baca Juga: Dukung Pasar SBN, Bank Mandiri Sabet Empat Penghargaan dari Kementerian Keuangan

Untuk SBN ritel seperti SUN yang meliputi Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Saving Bond Ritel (SBR). Sedangkan, untuk SBSN, Pemerintah akan menawarkan Sukuk Negara Ritel (SUKRI), Sukuk Tabungan (ST), dan Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS).

"Untuk tahun 2024, kami menargetkan SBN ritel mencapai Rp 160 triliun," katanya.

Adapun SBN Valas sebagai pelengkap diterbitkan dalam mata uang kuat seperti USD, EUR, dan JPY. Pemerintah akan menerbitkan di Global Bonds, Global Sukuk dan Samurai Bond.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli