Strategi RUIS di tengah sulitnya kondisi industri



KONTAN.CO.ID - Tidak banyaknya tender-tender pengerjaan minyak dan gas sejak tahun lalu hingga saat ini harus membuat banyak perusahaan memutar otak. Salah satunya adalah PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) yang mulai mengembangkan kompetensi dan pengembangan bisnis di sektor energi baru dan terbarukan, khususnya geothermal. Selain itu, perusahaan ini juga mulai melakukan pengetatan pengeluaran.

Mona Nazarudin, Sekretaris Perusahaan RUIS mengatakan, program efisiensi biaya berkelanjutan dilakukan oleh pihaknya sejak 2014 lalu dan terus dilakukan hingga kini. Perusahaan ini melakukan efisiensi biaya baik untuk operasional maupun biaya penunjang lainnya.

Selain itu, perusahaan ini juga melakukan perampingan struktur organisasi dengan tetap mempertimbangkan kepentingan pengembangan bisnis ke depan. Di samping dua hal tersebut, perusahaan ini juga mulai mengembangkan sektor panasbumi yang tendernya lebih banyak dibandingkan dengan migas.


"Hingga saat ini telah dilakukan pengerjaan beberapa proyek geothermal, terutama untuk bisnis unit kontruksi melalui PT Supraco Indonesia yang merupakan anak perusahaan," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (7/9).

Sampai dengan semester I perusahaan memiliki 200 proyek berjalan baik carry over tahun lalu maupun kontrak baru yang nilainya mencapai Rp 2 triliun. Jumlah tersebut juga akan meningkat seiring dengan potensi kontrak baru yang tengah dalam tahap penjajakan dengan pipeline target mencapai Rp 700 miliar.

"Hingga semester I perusahaan baru merealisasikan Rp 500 miliar dari target Rp 3 triliun. Tetapi di kuartal ketiga hingga awal September ini telah terdapat penambahan sebesar Rp 900 miliar, selain Rp 700 miliar masih terdapat di pipeline," lanjutnya.

Perusahaan ini akan melakukan penambahan aset secara selektif untuk suistaining capex dan belum akan melakukan aksi korporasi untuk menambah modal. Apalagi perusahaan ini juga memprediksi di tengah kondisi industri migas yang lesu pendapatan akan menyusut 10% dibandingkan tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini