KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya kabar soal suku bunga Federal Reserve (The Fed), kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) menambah kerentanan bursa saham global tak terkecuali Indonesia. Merespons sentimen eksternal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif pada awal pekan ini. IHSG sempat ambles ke level 6.727,44 di awal perdagangan Senin (13/3), meski akhirnya mampu menanjak 0,32% ke posisi 6.786,95. Di tengah pasar yang volatile, investor pun layak selektif untuk memilih saham berkarakter defensif. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo menilai investor bisa melakukan diversifikasi, sembari mengamankan dana pada saham yang tahan banting. Kinerja bisnis emiten maupun pergerakan harga saham defensif ini bisa lebih stabil menghadapi gejolak pasar.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menambahkan, saham defensif punya daya tahan lebih terhadap ancaman perlambatan ekonomi maupun resesi. "Walau tetap punya potensi mengalami penurunan, tapi relatif lebih terbatas," kata Martha kepada Kontan.co.id, Senin (13/3).
Baca Juga: IHSG Sanggup Menahan Tekanan Jual, Begini Arah Indeks Pada Selasa (14/3) Martha memilah ada tiga sektor saham yang tergolong defensif. Yakni barang konsumen primer, kesehatan serta sektor infrastruktur pada segmen telekomunikasi dan jalan tol. Investment Analyst Syailendra Capital, Rendy Wijaya, mengamini sektor barang konsumsi dan kesehatan menjadi pilihan yang layak dicermati. Kinerja emiten barang konsumsi, terutama yang menyangkut kebutuhan primer akan lebih stabil terlepas dari adanya kenaikan suku bunga. Apalagi dengan momentum yang pas, menjelang bulan ramadan. Tingkat permintaan produk umumnya bakal mengalami lonjakan hingga Idul Fitri, sehingga menjadi katalis positif bagi sektor barang konsumsi. Sektor kesehatan pun dinilai punya kinerja yang lebih defensif pasca relaksasi pembatasan Covid-19. Rendy memprediksi tingkat kunjungan pasien ke rumah sakit serta permintaan obat-obatan masih akan stabil. Azis sepakat, sektor barang konsumen primer punya momentum yang menarik saat ini. Selain itu, dia melihat sektor perbankan masih menjadi pilihan saham yang defensif pada tahun 2023. "Kinerja masih membaik, pergerakan saham masih terjaga," imbuhnya.
Baca Juga: IHSG Bisa Lanjut Menguat pada Pekan Ini, Cek Saham yang Layak Dikoleksi Rendy optimistis pasar saham akan kembali bergerak menguat pada semester kedua 2023. Dengan kondisi makro ekonomi Indonesia yang relatif solid, ekspektasi terhadap kinerja emiten masih akan tumbuh. Dus, mengantisipasi kinerja yang lebih apik pada paruh kedua, volatilitas pasar saat ini dapat menjadi ruang untuk mulai masuk secara bertahap. "Memberikan peluang untuk
buy on weakness pada saham perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan kinerja tahun ini," ujar Rendy. Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto, menekankan pelaku pasar juga perlu cermat melihat sentimen eksternal. Termasuk efek kolaps SVB terhadap pasar saham. Investor perlu waspada terhadap saham bank digital dan teknologi, yang rawan terpapar sentimen negatif dari kondisi ini. William menyarankan untuk
wait and see terlebih dulu hingga sentimen mereda. Di sisi lain, saham defensif bisa menjadi alternatif di tengah kekhawatiran pasar. Secara teknikal, William melihat saham telekomunikasi seperti PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM) dan PT Indosat Tbk (
ISAT) menarik diperhatikan.
Dalam kondisi pasar saat ini, Martha menyarankan tiga strategi. Yakni diversifikasi, fokus pada fundamental perusahaan, serta
money management dan menyiapkan dana tunai. "Untuk saat ini juga bisa menjadi momen
buy on weakness, dengan tetap memperhatikan
money management," imbuh Martha. Saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (
ICBP) dan PT Kalbe Farma Tbk (
KLBF) menjadi pilihan Martha, dengan target harga masing-masing di Rp 12.100 dan Rp 2.400. Selain itu, saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (
SIDO) layak diperhatikan.
Azis turut menegaskan, pelaku pasar sebaiknya fokus pada saham dengan fundamental baik dan punya prospek yang apik. Selanjutnya, bisa koleksi dengan strategi
buy on weakness atau
average down. Azis merekomendasikan
buy saham PT Mayora Indah Tbk (
MYOR) dan PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) dengan potensi
upside 10%-15%. Di samping saham defensif, William juga menilai saham komoditas layak diperhatikan. Selain karena momentum teknikal, pelaku pasar bisa mulai mengantisipasi musim pembagian dividen. William menjagokan saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (
ITMG), PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari