Strategi sekuritas tingkatkan pendapatan brokerage



JAKARTA. Tahun kambing kayu sepertinya tahun misterius bagi perusahaan sekuritas. Kondisi makroekonomi domestik, nilai tukar mata uang asing yang melempem dan kondisi politik dalam negeri saat ini sedikit banyak mempengaruhi pasar. 

Ada perusahaan yang masih optimis menjalani aktivitas usahanya di tahun ini. Namun, ada pula perusahaan yang khawatir melihat bisnis yang diwarnai dengan sejumlah ketidakpastian. 

Pasalnya, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara makro bakal berujung pada lesunya bisnis sekuritas. Ujung-ujungnya, dikhawatirkan akan menyeret pendapatan sekuritas, seperti yang dialami sejumlah sekuritas di tahun lalu.


Evergreen Capital, misalnya. Seperti disampaikan, Rudi Utomo, Direktur Utama Evergreen Capital, kondisi makroekonomi saat ini tertekan nilai tukar mata uang asing. Nilai transaksi perdagangan Evergreen pun masih suam-suam kuku.

"Memang sih, nilai transaksi harian masih cukup bagus. Tetapi, pendapatan sampai Februari ini belum terlalu bagus. Pendapatan brokerage sulit diprediksi. Namun demikian, kami menargetkan total pendapatan tahun ini bertumbuh 15% - 20%, sebanyak 60% - 70% diharapkan berasal dari pendapatan brokerage," ujarnya, kepada KONTAN, Rabu (11/3).

Ciptadana Securities lain cerita lagi. Menurut Ferry Budiman Tanja, Direktur Utama Ciptadana Securities, pihaknya masih membukukan pertumbuhan sesuai target. Secara total, katanya, pendapatan tahun ini dipatok tumbuh 25%.

Berbagai strategi disiapkan, antara lain memperkuat basis data investor institusi. "Kami akan meningkatkan jumlah investor institusi ketimbang ritel. Investor institusi ini kan kalau transaksi nilainya sangat besar. Kami harapkan, komposisi investor institusi ini mencapai 60% - 70%, sehingga target pendapatan brokerage," terang dia.

HD Capital, justru sangat optimis menghadapi tahun ini. Maklumlah, Antony, Direktur Utama HD Capital menuturkan, hingga Februari 2015, pihaknya berhasil menghimpun pendapatan sebesar Rp 1,2 miliar. "Prediksi kami, pendapatan kuartal pertama ini mencapai Rp 2 miliar," imbuh Antony.

Adapun, komisi dari transaksi perantara pedagang efek (brokerage) akan berkontribusi sebanyak 90% terhadap pendapatan usaha. Kontribusi ini terus meningkat sejak tahun 2013 lalu yang hanya sebesar 61,41%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan