KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's menurunkan outlook surat utang PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP) menjadi negatif dari sebelumnya stabil. Meski begitu, rating surat utang ISSP tetap. Penyebab outlook ISSP turun, Moody's melihat volatilitas harga bijih besi akan mempengaruhi margin laba emiten ini. Sebab, biaya besi mencapai sekitar 85%-95% beban pokok penjualan ISSP. Corporate Secretary dan Investor Relation ISSP Johannes Edward mengatakan, pihaknya memiliki strategi khusus untuk menghadapi volatilitas harga biji besi.
"Strategi kami adalah dengan memperbanyak pembelian bahan baku lokal untuk mengurangi risiko dari selisih kurs," jelasnya, Jumat (24/8). Soal rencana ekspansi, ia bilang, masih belum agresif karena kapasitas produksi masih cukup memadai. Johannes juga bilang, kinerja ISSP sampai dengan bulan Juli kemarin cukup baik. Dia memperkirakan, kinerja sampai akhir tahun masih akan terus bertumbuh. "Pendapatan ditargetkan naik 10%-20% dan laba bersih juga diharapkan naik sangat signifikan sekitar 35%-50% karena ada usaha efisiensi operasional dan penataan inventory," ungkapnya. Sekadar info, penjualan bersih ISSP bertumbuh 32,15% pada semester I 2018 menjadi Rp 2,08 triliun dari Rp 1,58 triliun pada periode yang sama di tahun 2017. Kenaikan penjualan ditopang oleh tingkat penjualan lokal maupun ekspor yang mengalami pertumbuhan. Penjualan lokal ISSP naik 29,9% menjadi Rp 1,98 triliun, sedangkan penjualan ekspor tumbuh hampir dua kali lipat, yakni 99,1% menjadi Rp 101,8 miliar. Penjualan tersebut meliputi barang pipa spiral, pipa air, pipa mekanis, pipa hitam, engsel, dan sebagainya. Namun, di saat yang sama ISSP juga mencatat penambahan beban pokok pendapatan yang signifikan. Beban pokok pendapatan perusahaan naik 43,26%
year on year menjadi Rp 1,84 triliun dari sebelumnya Rp 1,28 triliun. Kenaikan beban pokok pendapatan terutama disebabkan oleh membengkaknya biaya pembelian bahan baku dan beban pabrikasi. Bahkan pembelian bahan baku melebihi 10% ke sejumlah perusahaan meningkat drastis sebesar 126,49% menjadi Rp 1,52 triliun dari sebelumnya hanya Rp 670,98 miliar.
Adapun, pembelian bahan baku paling banyak dilakukan dengan PT Krakatau Steel Tbk, PT Hanwa Indonesia, dan Baosteel Singapore Pte Ltd. Alhasil, laba bersih ISSP pun tergerus 47,6% dari sebelumnya Rp 24,96 miliar menjadi Rp 13,08 miliar per akhir Juni 2018. Dengan demikian laba per saham juga menyusut dari sebelumnya Rp 3,53 per saham menjadi Rp 1,85 per saham di semester I 2018 Sementara, hingga akhir semester-I 2018, jumlah aset ISSP tercatat sebesar Rp 6,65 triliun atau bertambah 6,15% dari periode akhir tahun 2017. Jumlah aset tersebut terdiri dari ekuitas sebesar Rp 2,85 triliun dan liabilitas sebesar Rp 3,80 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia