Stroke Telinga Bisa Serang Orang Tua & Anak Muda, Simak Penyebab dan Gejalanya



KONTAN.CO.ID - Jakarta. Apa stroke telinga? Benarkah ada stroke telinga?

Stroke telinga menjadi pembicaraan di dunia maya belakangan ini. Hal itu setelah komedian dan komika Kiki Safitri menceritakan di akun media sosial bahwa mertuanya didiagnosis menderita stroke telinga oleh dokter di Jakarta.

Namun, setelah berobat ke Singapura, dokter berkata lain. Bahkan dokter Singapura menyatakan tidak ada penyakit stroke telinga.


Lalu, adakah penyakit stroke telinga?

Stroke telinga adalah

Dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT) Prof Delfitri Munir menyampaikan, istilah stroke telinga memang ada. Stroke telinga adalah gangguan yang terjadi pada aliran darah yang mensuplai saraf-saraf pendengaran.

Akibatnya, saraf pendengaran akan terganggu dan menyebabkan kematian sel. Hal ini juga sama halnya dengan istilah stroke di tempat lain, seperti stroke yang terjadi di otak, ginjal, dan di mana saja.

"Memang nama stroke telinga ini terdengar tidak lazim, namun memang kenyataannya stroke telinga itu ada," ujar Delfitri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (8/3/2023).

Baca Juga: Kolesterol Tinggi Bisa Picu Stroke, Ini 11 Gejala yang Harus Diwaspadai dari Kemenkes

Stroke adalah gangguan perfusi darah yang bisa disebabkan karena pembuluh darahnya yang tertutup atau bisa juga dikarenakan pembuluh darahnya pecah, seperti stroke yang terjadi pada otak. "Jadi stroke itu ada dua, ada yang pembuluh darahnya pecah dan ada juga yang pembuluh darahnya tersumbat," jelasnya.

Delfitri menyampaikan, telinga memiliki pembuluh darah dengan diameter yang paling kecil di tubuh. Diameter pembuluh darah di telinga itu kira-kira hanya setengah diameter rambut.

Stroke adalah sumbatan di pembuluh darah Ilustrasi stroke penyumbatan otak, penyebab stroke penyumbatan, gejala stroke penyumbatan.

Delfitri menjelaskan, saat mengalami gangguan, seperti gangguan dari pembuluh darahnya yang mengecil, contoh akibat dari hipertensi yang berlama-lama, maka pembuluh darahnya akan menjadi kaku dan bisa menebal atau menyempit.

Hal itu menyebabkan diameter udaranya makin lama makin mengecil. Akibat dari diameter yang mengecil tersebut nantinya bisa menyebabkan telingannya menjadi tersumbat.

Telinga memiiki pembuluh darah yang sangat kecil-kecil, khususnya pembuluh darah yang menyalurkan darah ke koklea, di mana saraf pendengaran berada.

"Itulah yang dinamakan stroke telinga yang terjadi apabila terdapat sumbatan di pembuluh darah di koklea. Di mana saraf pendengaran (koklea) yang biasa disuplai oksigen dari pembuluh darah akan terhenti sehingga terjadilah kematian saraf dari pendengaran kita," jelas Delfitri.

Hal tersebut menyebabkan saraf-saraf pendengaran tidak dapat bekerja lagi yang dapat berakibat pada terjadinya gangguan pendengaran. Ia mengatakan, biasanya jika tidak segera ditangani, maka bisa menyebabkan gangguan secara permanen karena sarafnya akan mati.

"Secara umum, stroke atau sumbatan ini jika lewat dari 5 jam, maka sarafnya akan mati dan walaupun diperbaiki maka tidak bisa seperti semula atau tidak bisa normal," ungkapnya.

Kematian sel ini bisa menyebabkan tuli saraf permanen yang sulit untuk diperbaiki kembali.

Gejala dan penyebab stroke telinga

Delfitri menyampaikan, saat terjadi stroke telinga, gejala stroke telinga yang paling jelas adalah ditandai dengan hilangnya pendengarannya secara tiba-tiba.

Penyebab stroke telinga adalah karena sumbatan pembuluh darah, seperti kondisi hipertensi yang sudah lama di alami dan sakit gula yang kemudian menyebabkan saraf dalam telinganya mati karena tidak mendapatkan suplai darah. Selain itu, penggunaan headset juga dapat berpengaruh secara langsung terhadap saraf pendengaran sehingga menjadi penyebab stroke telinga.

Pemakaian headset dengan volume yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan sel rambut dalam koklea atau saraf pendengaran bisa rusak. Untuk itu, Delfitri menyarankan agar seseorang yang mengalami gejala pendengaran yang terjadi secara tiba-tiba, harus segera diperiksakan ke THT.

Dokter nantinya akan memberikan penanganan dengan cara melebarkan pembuluh darah dan akan diiberikan obat yang bisa untuk mengencerkan darah. Hal itu bertujuan agar darahnya bisa kembali berfungsi dengan baik ke jaringan-jaringan telinga.

Penjelasan lain stroke telinga

Disarikan dari laman QualityHealthCare, stroke telinga adalah istilah awam untuk menggambarkan gangguan sensorineural mendadak atau sudden sensorineural hearing loss. Kondisi ini bisa membuat penderitanya mengalami gangguan pendegaran yang tiba-tiba atau tuli di salah satu telinga.

Stroke telinga juga bisa membuat penderitanya mengalami pusing mendadak, tinitus (telinga berdenging), dan sakit telinga. Pada tahap awal, banyak orang tidak menganggap serius gejala stroke telinga, karena mereka mungkin mengira kondisi tersebut hanya karena telinga kotor atau saluran telinga tersumbat.

Beberapa bahkan beranggapan, gejala masalah kesehatannyanya akan hilang atau sembuh sendiri setelah beberapa saat, sehingga menunda-nunda waktu untuk berobat. Padahal, gangguan pendengaran sensorineural mendadak dianggap sebagai situasi darurat.

Dua minggu pertama setelah timbulnya gejala penyakit adalah periode emas untuk pengobatan. Setelah kelainan pendengaran terdeteksi, pasien harus mencari perawatan medis sesegera mungkin.

Tanpa perawatan yang tepat waktu dan tepat, hal ini akan membuat pasien sulit untuk memulihkan pendengarannya yang hilang. Dalam kasus terburuk, kondisi tersebut bahkan dapat menyebabkan ketulian permanen.

Stroke telinga bisa terjadi pada anak muda

Stroke telinga tidak hanya terjadi pada orang tua. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kemungkinan yang sama untuk menderita kondisi medis tersebut. Penyebab stroke telinga masih belum diketahui secara pasti.

Namun, ada beberapa faktor pemicu penyebab stroke telinga antara lain:

1. Infeksi

Kebanyakan stroke telinga berasal dari infeksi virus yang menyerang saraf pendengaran atau telinga bagian dalam. Misalnya, herpes zoster dan influenza.

2. Kerusakan saraf pendengaran

Penyebab lain stroke telinga adalah oklusi vaskular, yang mirip dengan stroke, di mana saraf pendengaran rusak akibat suplai darah yang tidak normal.

3. Penyebab lainnya

Di beberapa kasus yang lebih jarang terjadi, penyebab masalah kesehatan ini berasal dari faktor gangguan autoimun dan tumor.

Bagaimana mendiagnosis stroke telinga?

Meskipun akar penyebab stroke telinga sebenarnya tidak dapat diidentifikasi, dokter biasanya memeriksa saluran pendengaran eksternal pasien terlebih dahulu untuk mengesampingkan kemungkinan kondisi seperti kerusakan gendang telinga, diikuti dengan tes pendengaran.

Jika kemampuan pendengaran pasien di kedua sisi menunjukkan gangguan pendengaran 30 desibel (dB) atau lebih dalam tiga tes frekuensi berturut-turut, penderita akan didiagnosis menderita gangguan pendengaran mendadak.

Perawatan stroke telinga biasanya melibatkan resep steroid oral yang membantu meredakan peradangan. Obat antivirus dan vasodilator terkadang juga dapat diresepkan untuk meningkatkan suplai darah ke telinga. Jika situasinya tetap tidak terselesaikan, dokter dapat mengatur pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) untuk pasien untuk membantu mendiagnosis apakah stroke telinga yang tiba-tiba disebabkan oleh tumor.

Beberapa pasien dapat memulihkan pendengarannya setelah menerima perawatan obat sementara beberapa tidak. Untuk meningkatkan kemungkinan sembuh, penderita stroke telinga harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin.

Jika seseorang memiliki keraguan atau gejala, ia harus mengatur pemeriksaan medis secara mendetail dengan spesialis THT sesegera mungkin. Setelah menyimak apa itu stroke telinga, gejala, sampai penyebabnya, ada baiknya Anda tidak lagi menyepelekan masalah kesehatan ini.

Itulah penjelasan tentang stroke telinga. Ingat, stroke telinga tidak hanya menyerang orang tua, tapi anak muda juga bisa terkena.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai soal Stroke Telinga, Benarkah Itu Ada? Ini Penjelasan Dokter", dan "Mengenal Apa Itu Stroke Telinga, Gejala, dan Penyebabnya",

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto