KONTAN.CO.ID - Berlin. Studi terbaru di Jerman mengungkap penularan covid-19 / corona di wilayah tersebut. Ada sejumlah lokasi yang menjadi wilayah penularan covid-19 tertinggi. Penelitian itu dilakukan Badan Pengendalian Pandemi Robert Koch Institute (RKI). Hasil penelitian menyebut, tingkat penularan covid-19 tertinggi di Jerman terjadi di lingkungan keluarga. Baca juga:
Obat alami darah tinggi bisa berasal dari 11 tanaman ini Tingkat penularan covid-19 tertinggi kedua adalah di panti jompo. Sementara risiko penularan covid-19 di kantor dan sekolah rupanya lebih rendah. "Pesta pribadi, acara perkumpulan keluarga dan panti jompo bertanggung jawab atas sebagian besar penularan covid-19 di Jerman," tulis badan pengendalian pandemi Robert Koch Institute (RKI) dalam penelitian terbarunya tentang bagaimana wabah corona menyebar di Jerman. Hasil studi yang dirilis RKI hari Jumat (24/8/2020) itu menunjukkan bahwa mayoritas penularan covid-19 di Jerman terjadi di rumah, dengan tingkat infeksi rata-rata 3,2 orang. Artinya, 1 orang yang tertular berpotensi menularkan virus itu kepada 3,2 orang anggota keluarga lainnya. Panti jompo menjadi lokasi dengan tingkat infeksi penularan covid-19 kedua tertinggi, dengan rata-rata satu orang tertular berpotensi menyebarkan virus corona kepada 19 orang lain di panti jompo yang sama.
Sedangkan tingkat penularan covid-19 ditemukan di rumah penampungan pengungsi, dengan 1 orang rata-rata berisiko menularkan virus kepada 21 orang lainnya. Wabah corona menyebar paling banyak di lingkungan keluarga Sekalipun rumah pengungsi dan panti jompo menunjukkan tingkat infeksi tertinggi, namun secara keseluruhan angka penyebaran ineksinya jauh di bawah kasus infeksi pada keluarga, karena sangat sering terjadi, kata RKI. "Penularan di lingkungan keluarga dan rumah tangga tidak selalu mengarah ke banyak kasus sekunder dan hanya menunjukkan beberapa kasus per wabah, tetapi tampaknya sangat sering terjadi," kata studi RKI tersebut. "Tinggal bersama di panti jompo sering kali tampaknya menyebabkan penularan, tetapi infeksi di udara terbuka jauh lebih jarang,” demikian disebutkan.
Editor: Adi Wikanto