Stunting Dinilai Mengancam Kualitas SDM Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stunting mengancam kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Jika tidak segera diatasi, stunting atau kondisi gagal tumbuh akibat akumulasi ketidakcukupan zat gizi pada 1.000 hari pertama umur anak, dapat menghambat pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan kemiskinan.

Hal tersebut dikatakan Rektor IPMI International Business School Aman Wirakartakusumah dalam webinar bertajuk "Ketahanan Pangan: Aksi Kolaboratif untuk Mengakhiri Kelaparan dan Meningkatkan Gizi" di Kampus IPMI, Kalibata, Jakarta Selatan.

Meskipun Indonesia sedang bergerak maju menuju Zero Hunger, menurut Prof Aman, keterbatasan akses atas pangan, malnutrisi, perubahan iklim, dan kerentanan terhadap gangguan alam, tetap berlanjut. Apalagi, perekonomian di 2023 akan dibayangi tantangan resesi global.


"Perang Ukraina dan Rusia yang masih berkecamuk mendorong kenaikan inflasi global diprediksi menjalar ke Indonesia tahun depan. Memang pada 2019, prevalensi kurang gizi pernah turun signifikan menjadi 7%, namun akibat pandemi naik kembali menjadi telah meningkat menjadi 8% akibat dari pandemi," ujar dia dalam keterangannya, Senin (24/10).

Baca Juga: Wapres Ma'ruf Amin Resmikan 785 Pembangunan BLK Komunitas

Deputi Bidang Pembangunan Manusia Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas Subandi Sardjoko mengatakan pemerintah menargetkan angka anak gagal tumbuh menurun hingga 145 di tahun 2024. Sementara tingkat anak stunting di Indonesia masih di angka 24,4%, masih lebih baik ketimbang tahun 2018 yang berada di posisi 30,8%.

"Pemerintah melakukan intervensi spesifik sampai ke rumah tangga seperti makanan pendamping ASI, tablet tambah darah, imunisasi, vitamin A, tata laksana gizi buruk, cacingan, dan malaria," ujarnya.

Subandi menambahkan pemerintah menyediakan anggaran untuk pengurangan stunting sebesar Rp 22 triliun pada tahun ini. "Bappenas memonitor pencapaian target tersebut," jelasnya.

Dosen Manajemen Bisnis Pangan IPMI International Business School Dedi Fardiaz menambahkan, pencapaian target penurunan angka stunting bisa dilakukan secara penta heliks yang melibatkan perguruan tinggi, pihak swasta, masyarakat, filantropi, dan media. Upaya kolektif tersebut untuk mempersiapkan Generasi Emas Indonesia 2045 yang tangguh dalam menghadapi tantangan dan gangguan terhadap negara di masa depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi