JAKARTA. Kenaikan beban subsidi energi RAPBN-Perubahan 2014 sebesar Rp 110,03 triliun menjadi Rp 392,13 triliun membuat ruang gerak pemerintah menjadi minim. Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko mengatakan, dengan pembengkakan itu maka tahun ini pemerintah tidak bisa memiliki banyak program aksi. Ekspansi seminimal mungkin untuk menyeimbangi beban subsidi yang besar. Dengan mengorbankan belanja modal maka pemerintah juga tidak akan membuat kebijakan strategis. "Tidak banyak pilihan yang bisa dinegosiasikan," katanya. Hingga akhir tahun, menurut Prasetyantoko, realisasi belanja pemerintah akan kecil. Pemerintahan sekarang tidak dalam posisi banyak energi untuk bisa melakukan sesuatu.
Subsidi bengkak, pemerintah tak perlu banyak aksi
JAKARTA. Kenaikan beban subsidi energi RAPBN-Perubahan 2014 sebesar Rp 110,03 triliun menjadi Rp 392,13 triliun membuat ruang gerak pemerintah menjadi minim. Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko mengatakan, dengan pembengkakan itu maka tahun ini pemerintah tidak bisa memiliki banyak program aksi. Ekspansi seminimal mungkin untuk menyeimbangi beban subsidi yang besar. Dengan mengorbankan belanja modal maka pemerintah juga tidak akan membuat kebijakan strategis. "Tidak banyak pilihan yang bisa dinegosiasikan," katanya. Hingga akhir tahun, menurut Prasetyantoko, realisasi belanja pemerintah akan kecil. Pemerintahan sekarang tidak dalam posisi banyak energi untuk bisa melakukan sesuatu.