Subsidi listrik malah membengkak Rp 49 triliun



JAKARTA. Kendati tarif dasar listrik (TDL) diusulkan naik 10%, nilai subsidi listrik pada tahun ini justru semakin gendut. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2012, subsidi listrik diproyeksikan membengkak menjadi Rp 93 triliun.

Padahal dalam APBN 2012, subsidi listrik hanya dianggarkan sebesar Rp 44 triliun. Tentu saja, pembengkakan anggaran subsidi listrik itu mengundang tanya. Apalagi, tahun anggaran 2012 baru berjalan tiga bulan, tetapi usulan penambahan subsidi listrik mencapai Rp 49 triliun.

Agus Listyono, anggota Komisi VII DPR dari Fraksi PKB, menilai, ada kesalahan dalam perencanaan anggaran pemerintah, sehingga mengajukan usulan tambahan subsidi listrik dalam jumlah fantastis. "Tambahan subsidi Rp 49 triliun itu tak sedikit. Jangan karena ada rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), subsidi yang diminta tak masuk akal," tutur Agus dalam rapat kerja Komisi VII DPR dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kemarin.


Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, Bobby Rizaldi, juga mempertanyakan kenaikan subsidi setrum hanya dalam waktu beberapa bulan. Padahal, hitungan dia, kenaikan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) hanya sekitar 16%, asumsi kurs rupiah terhadap dollar AS naik 2,2%. "Tapi kok kenaikan subsidi listriknya 133%," kata Bobby.

Menteri ESDM, Jero Wacik berdalih, tambahan subsidi listrik sebesar Rp 49 triliun itu akibat beberapa sebab. Pertama, penurunan penggunaan batubara oleh pembangkit listrik milik PT PLN. Semula, kebutuhan batubara PLN tahun ini diperkirakan 48,05 juta ton. Namun angka proyeksi terbaru hanya sekitar 39,37 juta ton. Penurunan penggunaan batubara karena melesetnya target pembangkit listrik batubara yang harusnya beroperasi tahun ini.

Menurut Jero, proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 10.000 megawatt (MW), semula direncanakan beroperasi 8.250 MW tahun ini. Tapi, ternyata yang bisa beroperasi hanya sebesar 6.087 MW. "Akibatnya, kondisi ini menambah subsidi sebesar Rp 26,72 triliun," kata Jero.

Penyebab kedua, penurunan penggunaan pasokan gas. Seharusnya, PLN mendapatkan pasokan gas sebesar 372,5 triliun british thermal units (TBTU), tetapi PLN hanya mendapatkan gas sebanyak 351 TBTU. Akibatnya, PLN harus menambah pembangkit BBM. Efek turunnya jumlah pasokan gas PLN ini menambah subsidi listrik sebesar Rp 8,26 triliun.

Ketiga, pendapatan listrik turun sehingga mengakibatkan tambahan subsidi Rp 6,98 triliun. "Kenaikan asumsi ICP juga menambah subsidi Rp 4,7 triliun," kata Jero.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can