Subsidi Elpiji Bisa Berbentuk Uang dan Lebih Mudah daripada Distribusi Tertutup JAKARTA. Pemerintah masih mencari formula yang tepat untuk menyalurkan subsidi elpiji. Selain menggodok rencana distribusi tertutup elpiji 3 Kilogram (Kg), muncul opsi lain yakni pemberian subsidi langsung. Jadi, nantinya harga jual elpiji 3 kg dan 12 kg akan disamakan karena subsidi sudah di tangan masyarakat. Pelaksana tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (migas) Kementerian ESDM IGN Wiratmadja Puja mengatakan, ada beberapa kelemahan kalau menerapkan sistem distribusi tertutup. Yakni, sistem pengawasan yang tidak memberi jaminan subsidi bisa tepat sasaran. ’’Sudah dicoba dengan kartu kendali, tapi pengawasannya rumit,’’ ujarnya di Kantor Kementerian ESDM, Senin (23/3).
Oleh sebab itu, muncul opsi lain dengan memberikan subsidi langsung kepada masyarakat. Mekanismenya, uang subsidi elpiji 3 kg sebesar Rp 28 triliun akan dibagikan langsung. Misalnya, ditransfer ke masyarakat miskin yang sudah mendapat Kartu Indonesia Sejahtera. Tetapi, uang yang diterima masyarakat nanti tidak bisa dicairkan menjadi uang tunai. Saldo yang ada di kartu hanya bisa ditukarkan dengan pembelian elpiji di pangkalan. ’’Komposisi saat ini, warga bisa dapat Rp 42.000 atau setara 5 kg elpiji,’’ terangnya. Kalau opsi subsidi langsung disepakati, tidak akan ada lagi disparitas harga elpiji melon dan elpiji tabung biru. Harga per kilogram gas di pasaran sama. Masyarakat tingkat ekonomi atas, tidak lagi haram membeli elpiji 3 kg karena bukan lagi produk bersubsidi. Lebih lanjut dia menjelaskan, sebenarnya ada opsi lain yakni menaikkan harga elpiji 3 kg. Tapi, kebijakan itu dipastikan tidak digunakan meski PT Pertamina (Persero) sudah memberikan usulan. Alasannya, pemerintah tidak ingin menambah beban masyarakat. ’’Pemerintah melihat dulu efek pencabutan subsidi Premium,’’ jelasnya. Soal kapan pola baru bisa diterapkan, Wiratmadja tidak menyebut tanggal pasti. Yang jelas, saat ini sedang dilakukan kajian untuk bisa dijalankan secepatnya. Meski terkesan hati-hati, dia juga sepakat kalau aturan baru soal subsidi elpiji sudah mendesak. Sementara, Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang membenarkan telah meminta perubahan harga ke pemerintah. Permintaan itu, untuk ongkos ganti produksi yang dilakukan Pertamina. Namun, tidak disepakati oleh Dirjen Migas. Supaya tidak merugi, dia berharap pemerintah segera mengeluarkan kebijakan baru.
’’Subsidi langsung itu bagus, lebih mudah untuk diterapkan’’ katanya. Ia menambahkan, bahwa secara pribadi ia lebih lebih memilih subsidi langsung daripada distribusi tertutup. Dia yakin, saat harga elpiji di pasaran sama, tidak ada lagi praktik pengoplosan atau permainan harga. Hal tersebut didasari karena operasi pasar yang dilakukan Pertamina beberapa waktu lalu saat merespon isu kelangkaan elpiji 3 kg. Saat datang ke lokasi dengan membawa banyak tabung melon, ternyata respon masyarakat kecil. Pertamina lantas menyimpulkan isu kelangkaan adalah tidak benar. ’’Selama ada disparitas harga, akan digunakan para pengecer untuk bermain,’’ terangnya. Namun, dia tidak bisa memberikan sanksi karena pengecer tidak masuk dalam aturan. Sama seperti bensin Premium, ketika dijual oleh pengecer di pinggir jalan harganya pasti lebih mahal. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti