Subsidi sosial naik, kinerja emiten ritel terkerek



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri ritel tahun ini masih tertekan. Buktinya, beberapa emiten ritel masih mencatatkan rapor merah, meski telah menutup beberapa gerai yang dianggap tidak menguntungkan.

Namun, para analis melihat industri ritel bakal mendapat angin segar tahun depan. Alasannya, pemerintah telah setuju menambah dana bantuan sosial untuk masyarakat. Ini diharapkan bisa mengerek daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah.

Analis menilai kebijakan tersebut akan meningkatkan daya beli masyarakat di level menengah bawah. "Ini akan baik untuk grassroot level dan membuat momen penjualan lebaran tahun depan lebih baik daripada tahun ini," kata Adeline Solaiman, Analis Danareksa Sekuritas.


Menurut Adeline, secara historikal, kenaikan subsidi berdampak positif terhadap daya beli masyarakat. Sehingga diprediksi sektor ritel pada tahun depan akan lebih baik. "Karena subsidi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2017," terang dia.

Namun, jika program subsidi tidak berjalan, kinerja sektor ritel tahun depan diprediksi kembali tertekan. "Jadi sentimen negatifnya lebih ke arah fiskal. Kalau dari sisi perusahaan sendiri sudah cukup solid," jelas Adeline.

Ia lebih menjagokan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) ketimbang PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF). Pertimbangannya, RALS lebig menguntungkan bila melihat momentum, khususnya saat lebaran. "Ini lebih ke short term dan beberapa bulan saja," papar Adeline.

Apalagi, manajemen RALS siap melakukan transformasi dan inovasi. Ramayana juga banyak menyasar segmen unbankable for credit card, ketika sektor ritel berada di-tengah-tengah gempuran e-commerce. Dia merekomendasikan buy RALS dengan target harga Rp 1.250 dan beli LPPF dengan target harga Rp 12.500.

Christine Natasha, Analis Mirae Asset Sekuritas pun sepakat, ada potensi bagi RALS untuk memperbaiki penjualan pada tahun depan. "RALS menganggap penjualan Idul Fitri 2017 lamban. Perusahaan kehilangan 3,5% dari targetnya," kata Christine dalam riset 15 Desember 2017.

Asal tahu saja, penjualan RALS tahun ini terhambat penyaluran tunjangan hari raya (THR) yang dilakukan tiga minggu sebelum lebaran. Selain itu, Kartu Jakarta Pintar (KJP) dikucurkan lima hari setelah Idul Fitri. Padahal tahun lalu, sudah dilakukan dua minggu sebelum liburan.

Christine menambahkan dengan meningkatnya alokasi program sosial, perusahaan ritel berharap adanya peningkatan belanja dari konsumen berpenghasilan menengah ke bawah tahun depan.

Hal ini akan positif bagi emiten ritel. "Dari APBN 2018, ekspetasinya pemerintah mengalokasikan Rp 41,3 triliun untuk belanja sosial atau 138% lebih tinggi dari 2017 dengan anggaran Rp 17,3 triliun," terang Christine.

Meski begitu, Christine merekomendasikan hold untuk saham RALS dengan target harga Rp 950 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie