JAKARTA. Pasar domestik yang mulai rebound dimanfaatkan oleh perusahaan manajer investasi untuk menambah porsi saham dalam produk reksadana saham mereka. Semisal PT Sucorinvest Asset Management alias Sucorinvest. Investment Director Sucorinvest Jemmy Paul Wawointana menuturkan, perusahaan optimistis pasar saham dan obligasi bakal kembali bullish (naik) pada kurun waktu mendatang. Makanya mereka memperbesar porsi efek saham dari semula 80% hingga level 85% - 95% untuk portofolio reksadana saham yang dikelola. Memang ada rencana kenaikan suku bunga acuan oleh the Fed pada Desember 2015. Namun, Jemmy berpendapat realisasi rencana tersebut justru akan menghilangkan ketidakpastian di pasar global. “Kami suka sektor saham bank dan industri dasar. Sementara sektor konsumer sementara kami kurangi, porsinya pindah ke cyclical sectors,” jelasnya. Jemmy menjelaskan, saham cyclical bersifat non defensif. Ia mencontohkan, ketika Produk Domestik Bruto (PDB) dalam negeri naik 1%, sektor saham cyclical bakal terangkat 1,2%. Sebaliknya, ketika PDB domestik turun 1%, saham cyclical bakal terkoreksi hingga 1,2%. Sektor perbankan juga diterawang bakal mendulang untung di masa depan seiring dengan program pembangunan infrastruktur pemerintah yang membutuhkan pendanaan. Jemmy yakin belanja pemerintah sudah mengalir. Sehingga konsumsi semen dan bahan baku juga bakal terangkat. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sucorinvest gemukkan porsi saham
JAKARTA. Pasar domestik yang mulai rebound dimanfaatkan oleh perusahaan manajer investasi untuk menambah porsi saham dalam produk reksadana saham mereka. Semisal PT Sucorinvest Asset Management alias Sucorinvest. Investment Director Sucorinvest Jemmy Paul Wawointana menuturkan, perusahaan optimistis pasar saham dan obligasi bakal kembali bullish (naik) pada kurun waktu mendatang. Makanya mereka memperbesar porsi efek saham dari semula 80% hingga level 85% - 95% untuk portofolio reksadana saham yang dikelola. Memang ada rencana kenaikan suku bunga acuan oleh the Fed pada Desember 2015. Namun, Jemmy berpendapat realisasi rencana tersebut justru akan menghilangkan ketidakpastian di pasar global. “Kami suka sektor saham bank dan industri dasar. Sementara sektor konsumer sementara kami kurangi, porsinya pindah ke cyclical sectors,” jelasnya. Jemmy menjelaskan, saham cyclical bersifat non defensif. Ia mencontohkan, ketika Produk Domestik Bruto (PDB) dalam negeri naik 1%, sektor saham cyclical bakal terangkat 1,2%. Sebaliknya, ketika PDB domestik turun 1%, saham cyclical bakal terkoreksi hingga 1,2%. Sektor perbankan juga diterawang bakal mendulang untung di masa depan seiring dengan program pembangunan infrastruktur pemerintah yang membutuhkan pendanaan. Jemmy yakin belanja pemerintah sudah mengalir. Sehingga konsumsi semen dan bahan baku juga bakal terangkat. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News