KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian memastikan implementasi harga gas di bawah US$ 6 per mmbtu kini telah dinikmati 176 perusahaan dari 7 sektor industri. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, total volume penyaluran gas untuk 176 perusahaan tersebut mencapai 957.000 hingga 1,18 juta bbtud. "Pemerintah sangat yakin bahwa sektor industri yang dapat manfaat harga gas bisa memperkuat daya saing terhadap produk dari negara lain," ujar Agus dalam konferensi pers virtual, Senin (28/12).
Agus melanjutkan, selain berdampak pada daya saing, implementasi harga gas US$ 6 per mmbtu juga diharapkan mempercepat pemulihan sektor industri yang terdampak pandemi covid-19.
Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten perminyakan di tengah tren kenaikan harga minyak Agus menerangkan, tanpa insentif gas maka sektor industri diprediksi mengarami penurunan utilisasi mencapai 40% akibat pandemi covid-19. "Insentif gas juga bantu perusahaan merencanakan perluasan dan isi gap dalam rantai suplai industri," kata Agus. Demi mengoptimalkan manfaat harga gas maka para perusahaan penerima manfaat kini tengah melakukan pembaruan sisi teknologi demi menciptakan efisiensi dengan harga gas yang diberikan. Dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Direktur Komersial Perusahaan Gas Negara, Faris Aziz, mengungkapkan, implementasi harga gas bumi US$ 6 per mmbtu pada tujuh sektor industri tertentu telah memasuki tahap akhir dan telah memperlihatkan dampak positif secara nyata.
Hal ini ditunjukan dari peningkatan penyerapan gas bumi pada setiap sektor dan pertumbuhan produksi industri. Penyerapan gas bumi PGN di tujuh sektor industri tertentu menunjukkan tren kenaikan dari bulan Agustus 2020 sebesar 219 bbtud menjadi 230 bbtud pada bulan September 2020. Dengan peningkatan produktivitas industri, maka sinergi PGN dengan kebijakan pemerintah untuk pemulihan ekonomi sudah mulai terlihat. Mulai semester kedua, pelanggan semua sektor industri Kepmen ESDM 89K mulai menggeliat kembali. "Ini sejalan dengan pernyataan dari pemerintah, di mana ekonomi Indonesia mulai kembali bangkit pada September lalu yang ditunjukkan melalui berbagai indikator ekonomi dan keuangan,” ungkap Faris pada Oktober lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat