Sudah 43 Perusahaan IPO Sepanjang 2022, Jumlahnya Bisa Bertambah Lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencatatkan 43 emiten baru sejak awal tahun sampai dengan 31 Agustus 2022. Total nilai emisi initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,6 triliun.

Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, realisasi jumlah emiten yang melaksanakan IPO bertambah 15 perusahaan atau 53,5% secara tahunan. Pada periode sama tahun 2021 hanya ada 28 perusahaan yang baru tercatat.

Tak berhenti sampai di situ, BEI masih mengantongi 23 calon emiten dalam pipeline pencatatan saham per 2 September 2022. Perkiraan total nilai emisi IPO 23 perusahaan tersebut mencapai Rp 9,5 triliun. 


"Beberapa diantaranya menargetkan nilai emisi lebih dari Rp 1 triliun," kata Nyoman, Jumat (2/9).

Baca Juga: Ada 23 Calon Emiten di Pipeline IPO, Total Nilai Emisi Capai Rp 9,5 Triliun

Daftar calon emiten tersebut didominasi oleh perusahaan dengan aset skala besar, yakni sebanyak 14 perusahaan. Disusul lima perusahaan aset skala menengah dan empat perusahaan aset skala kecil.

Berdasarkan POJK 53/POJK.04/2017 tanggal 19 Juli 2017, perusahaan dengan skala kecil adalah yang memiliki aset tidak lebih dari Rp 50 miliar, sedangkan perusahaan skala menengah memiliki aset lebih dari Rp 50 miliar sampai dengan Rp 250 miliar, dan perusahaan aset skala besar memiliki aset di atas Rp 250 miliar.

Nyoman menyampaikan, perusahaan yang berada pada pipeline pencatatan saham merupakan perusahaan yang masih dalam tahap evaluasi di BEI. Perusahaan-perusahaan tersebut juga belum mendapatkan izin publikasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

"Hingga saat ini, BEI belum dapat menyampaikan informasi terkait pipeline perusahaan tercatat saham sebelum ada izin publikasi dari OJK," ucap Nyoman.

Baca Juga: Laba Menggunung, Saham Konglomerasi Mana yang Menarik Dilirik?

Sebagai gambaran, dari segi sektoral, daftar calon emiten ini terdiri dari empat perusahaan sektor barang konsumen non-primer, empat perusahaan sektor teknologi, dan tiga perusahaan sektor kesehatan.

Lalu, masing-masing dua perusahaan berasal dari sektor perindustrian,  energi, keuangan, dan transportasi & logistik. Kemudian, masing-masing satu perusahaan tergolong dalam sektor barang baku, barang konsumen primer, properti & real estat, serta infrastruktur.

Tak berhenti sampai di situ, Nyoman meyakini, jumlah perusahaan di pipeline pencatatan saham potensial bertambah lagi. "Kondisi pasar modal yang kondusif, dukungan maupun supervisi dari OJK dan SRO, serta kepercayaan dari pemangku kepentingan pasar modal dapat memberikan iklim positif bagi pasar modal Indonesia di masa mendatang," ungkap Nyoman.

Baca Juga: Kenaikan Harga BBM Memperberat Gerak IHSG pada Senin (5/9)

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya juga mengatakan, di sisa akhir tahun ini, jumlah perusahaan yang akan melaksanakan IPO masih dapat bertambah. Jumlah perusahaan yang IPO pada 2022 juga berpotensi melampaui realisasi tahun 2021 yang sebanyak 54 perusahaan.

Menurut Cheril, berbagai data makroekonomi yang kuat dan pemulihan ekonomi yang terus berlanjut membuat dunia usaha dan investasi semakin optimis. Alhasil, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk IPO.

Jika dibandingkan peers negara berkembang, imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) termasuk yang paling besar. Sejak awal tahun, imbal hasil IHSG mencapai 9,05%, sedangkan Malaysia minus 4,78%, Filipina minus 6,04%, Thailand minus 2,10%, dan Vietnam minus 14,53%.

Baca Juga: Reksadana Saham Catat Kinerja Tertinggi Sepanjang Agustus

Di sisi lain, performa pasar saham negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa justru terkoreksi. "Kondisi ini membuat Indonesia sebagai negara berkembang potensial di mata investor. Ketertarikan investor membuat pelaku pasar optimistis mencari pendanaan dng IPO," tutur Cheril.

Hal ini membuat investor asing juga terus masuk ke pasar saham Indonesia dengan melakukan net buy sejak awal tahun. Berdasarkan data BEI, net buy asing sejak awal tahun sampai dengan Jumat (2/9) sebesar Rp 67,74 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati