JAKARTA. Konferensi Asia Afrika (KAA) sudah berjalan hingga 62 tahun. Namun demikian, dari sisi ekonomi baik perdagangan maupun investasi kerja sama antar negara anggota KAA masih belum tergarap dengan maksimal. Banyaknya negara-negara anggota KAA yang masih berstatus menengah ke bawah menjadi salah satu persoalan mengapa penetrasi perdagangan dan investasi antar negara anggota KAA masih sulit. Dengan status negara menengah ke bawah, maka kecenderungannya akan lebih proteksionisme. Produk yang dihasilkan dari negara anggota KAA mayoritas juga bernilai tambah rendah. "Nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan oleh sebagian negara anggota KAA tidak tinggi, contohnya tekstil," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, Selasa (18/4).
Sudah 62 tahun, KAA belum berdampak maksimal
JAKARTA. Konferensi Asia Afrika (KAA) sudah berjalan hingga 62 tahun. Namun demikian, dari sisi ekonomi baik perdagangan maupun investasi kerja sama antar negara anggota KAA masih belum tergarap dengan maksimal. Banyaknya negara-negara anggota KAA yang masih berstatus menengah ke bawah menjadi salah satu persoalan mengapa penetrasi perdagangan dan investasi antar negara anggota KAA masih sulit. Dengan status negara menengah ke bawah, maka kecenderungannya akan lebih proteksionisme. Produk yang dihasilkan dari negara anggota KAA mayoritas juga bernilai tambah rendah. "Nilai tambah dari produk-produk yang dihasilkan oleh sebagian negara anggota KAA tidak tinggi, contohnya tekstil," kata Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat, Selasa (18/4).