JAKARTA. Biaya logistik yang mahal di Indonesia menjadi salah satu penyebab pertumbuhan industri logistik tanah air tersendat. Sudah begitu, tarif logistik lokal lebih tinggi ketimbang negara lain. Theo Kumaat, Direktur Eksekutif Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), mengutip survei Bank Dunia, mengatakan, biaya logistik di Indonesia mencapai 24% dari produk domestik bruto (PDB) atau senilai Rp 1.820 triliun per tahun. Biaya logistik di Indonesia ini jauh lebih tinggi ketimbang Malaysia yang hanya 15% dari PDB. Di Amerika Serikat dan Jepang cuma 10%. Dari survei ini, Indonesia masuk peringkat ke-75 negara berbiaya logistik paling murah dari 155 negara.
Menurut Theo, salah satu faktor penyebab mahalnya ongkos logistik, karena kendala infrastruktur, seperti kondisi jalan, pelabuhan dan hubungan antarmoda yang kurang terawat dan terintegrasi. "Sudah begitu konektivitas antara satu lokasi dengan yang lain belum terbangun, " ujar Theo, kemarin. Kondisi ini membuat mutu pelayanan logistik lokal tergolong buruk. Sebagai contoh, waktu antre barang impor mencapai 5,5 hari di pelabuhan. "Kalau sudah begini, pemilik barang maupun pengusaha jasa transportasi mengalami kerugian," tegasnya. Beleid bikin mahal Sudah barang lama di pelabuhan biaya pun membengkak. Contoh, biaya pengapalan barang satu kontainer dari Surabaya ke Makassar sebesar Rp 5 juta. Sedangkan pengapalan barang yang sama ke Port Klang di Malaysia atau ke pelabuhan di Singapura hanya berkisar US$ 250 - US$ 300 atau sekitar Rp 2,5 juta. Contoh lagi, ongkos pengapalan kontainer dari Padang, Sumatera Barat ke Jakarta US$ 600 (Rp 5,4 juta). Sedang pengapalan barang yang sama dari Singapura ke Jakarta hanya US$ 185 atau Rp 1,6 juta. Biaya penanganan kontainer di Indonesia juga paling tinggi di antara negara Asia Tenggara. Misalnya, untuk kontainer 20 kaki di Pelabuhan Tanjung Priok sebesar US$ 95 per kontainer. Bandingkan dengan tarif layanan yang sama di Malaysia cuma US$ 88. Atau Thailand sebesar US$ 63 per kontainer. Selain paling mahal, para pengusaha logistik juga harus membayar biaya di pelabuhan dengan mata uang dolar Amerika. Sedangkan di Malaysia dan Thailand masih bisa memakai mata uang lokal.
Selain infrastruktur, mahalnya biaya logistik juga dipengaruhi regulasi pemerintah. Salah satunya soal regulated agent atau agen inspeksi. "Aturan ini menambah biaya pengusaha," ujar Theo. Mahendra Rianto, Manajer Pengembangan Bisnis PT Cardig Logistic Indonesia, menyebut biaya tinggi juga dipicu masih maraknya pungutan liar yang terjadi selama di pelabuhan. Termasuk biaya pengamanan barang ketika terjadi antrean panjang di pintu masuk pelabuhan. "Kami berharap adanya perbaikan penegakan hukum," ujarnya. Nah dalam waktu dekat ini, imbas kenaikan BBM juga akan terasa. Menurut Mahendra, biaya logistik bisa naik 30% jika harga BBM subsidi jadi naik. Soalnya, porsi BBM sekitar 20%-40% dari total biaya operasional. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri