Sudah naik tinggi, harga batubara rentan terkoreksi sepekan ke depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan harga batubara tampaknya belum berakhir. Mengawali semester kedua tahun ini, harga justru semakin bergeliat dan menembus rekor tertingginya lagi di tahun ini, yaitu US$ 116 per metrik ton.

Analis Asia Tradepoint Deddy Yusuf Siregar, menilai, harga batubara masih berpotensi meneruskan tren penguatan. Dus, secara teknikal, posisi harga batubara saat ini sangat rentan terkoreksi.

"Saat ini harga batubara kontak pengiriman Juli 2018 masih bergerak di atas garis moving average 50, 100, maupun 200," ujar Deddy, Jumat (6/7).


Indikator moving average (MA) menunjukkan tren harga masih berpotensi bullish baik dalam jangka pendek maupun panjang. Sinyal ini juga dikonfirmasi indikator moving average convergence divergence (MACD) yang masih berada di teritori positif.

Namun, indikator stochastic sudah berada pada level 92 alias overbought. Begitu juga dengan relative strength index (RSI) yang berada di area overbought pada level 71. "Kedua indikator ini mengindikasikan adanya potensi koreksi," kata Deddy.

Untuk itu, Senin (9/7), Deddy memproyeksi harga batubara cenderung terkoreksi dan bergerak di kisaran US$ 115,90 - US$ 117,00 per metrik ton. Sementara, sepekan ke depan, ia memperkirakan harga batubara bergulir dalam rentang US$ 115,30 - US$ 117,00 per metrik ton.

Senada, Direktur Garuda Berjangka Ibrahim, juga melihat harga batubara akan mengalami koreksi di awal pekan depan. "Harganya sudah tinggi sekali, jadi pasti akan ada koreksi dulu," ujar dia, Jumat (6/7).

Ibrahim memprediksi harga batubara, Senin nanti, bergerak dalam rentang US$ 114 - US$ 117,5 per metrik ton. Untuk sepekan, ia melihat rentang pergerakan akan semakin melebar, namun harga akan cenderung menurun dengan kisaran US$ 113,50 - US$ 118 per metrik ton.

Mengutip Bloomberg, Kamis (5/7), harga batubara kontrak berjangka pengiriman Juli 2018 di ICE Future Exchange berada di posisi US$ 116,60 per metrik ton. Ini merupakan level tertinggi harga batubara sejak Desember 2012.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie