Jenis Baterai Mobil Listrik - Cuaca panas di Indonesia yang masih berlangsung hingga Oktober ternyata turut berdampak pada baterai mobil listrik. Tentu saja kondisi ini harus menjadi perhatian para pemilik mobil
hybrid. Seperti diketahui, mobil listrik merupakan jenis kendaraan yang sebagian penggerakan tenaga atau sepenuhnya dilakukan secara elektrikal. Karena itu, baterai mobil listrik yang dapat diisi ulang menjadi sumber energi listrik kendaraan non-BBM. Energi mekanik dari baterai yang dapat disimpan lama menggerakkan motor listrik hingga membuatnya dapat berjalan dengan periode lama. Terdapat beragam jenis-jenis baterai mobil listrik yang penting dipahami sebelum memiliki kendaraan satu ini.
Untuk itu, Lifepal sebagai marketplace asuransi menjelaskan beberapa jenis baterai mobil listrik. Berikut adalah penjelasan selengkapnya dari Benny Fajarai, Co-Founder yang juga CMO
Lifepal.co.id.
Baca Juga: Persaingan Harga, Startup Kendaraan Listrik China Ini Ajukan Kebangkrutan Jenis-jenis baterai mobil listrik
Dirangkum dari keterangan resmi
Lifepal, berikut adalah jenis-jenis baterai mobil listrik: 1. Jenis baterai Li-On, pilihan utama untuk mobil listrik Baterai Li-On, merek yang paling umum digunakan dalam kendaraan listrik, secara luas diterapkan di berbagai perangkat portabel seperti ponsel dan laptop. Ketika digunakan dalam mobil listrik, baterai ini dikenal sebagai
traction battery pack, menonjolkan rasio daya terhadap berat yang tinggi dan efisiensi energi yang optimal. Kinerjanya tetap optimal pada suhu tinggi, dan memiliki rasio energi yang lebih besar per beratnya, sebuah aspek kunci dalam baterai mobil listrik. Dengan berat yang lebih ringan, mobil dapat menempuh jarak lebih jauh dengan satu kali pengisian daya. Tingkat self-discharge yang rendah membuatnya menjadi pilihan terbaik untuk mempertahankan kemampuan menyimpan daya maksimal. Untuk pemilik yang peduli pada keberlanjutan, sebagian besar komponen baterai Li-On dapat didaur ulang. Terdapat berbagai jenis baterai Li-On, termasuk
Lithium Iron Phosphate (LiFePO4),
Lithium Nickel Cobalt Aluminum Oxide (NCA),
Lithium Nickel Manganese Cobalt Oxide (NMC),
Lithium Titanate (LTO),
Lithium Manganese Oxide (LMO), dan
Lithium Cobalt Oxide (LCO).
Baca Juga: HPM Mulai Mengirimkan All New Honda CR-V Hybrid ke Konsumen 2. Nickel-Metal Hybrid (NiMH) Baterai NiMH umumnya digunakan pada mobil hibrida, walaupun beberapa mobil listrik juga mengadopsi teknologi ini. Baterai hibrida ini tidak mendapat daya dari luar dan diisi ulang melalui putaran mesin, roda, dan pengereman regeneratif. Siklus hidup baterai NiMH lebih panjang daripada Li-On dan SLA, serta lebih aman dan toleran terhadap penggunaan yang tidak tepat. Namun, harganya lebih tinggi, memiliki tingkat
self-discharge yang signifikan, dan menghasilkan panas pada suhu tinggi. Kekurangan-kekurangan ini membuat NiMH kurang ideal untuk mobil listrik yang membutuhkan pengisian daya eksternal, seperti melalui jaringan PLN, sehingga lebih umum digunakan pada mobil hibrida.
Baca Juga: Apa Fungsi Filter Kabin AC Mobil? Ini Tips untuk Merawatnya Saat Cuaca Panas 3. Baterai Timbal-Asam (SLA) Baterai SLA, atau asam-timbal, adalah baterai isi ulang tertua yang memiliki kapasitas lebih rendah dan bobot lebih berat dibandingkan dengan Li-On dan NiMH. Meski demikian, harganya relatif terjangkau dan aman. Saat ini, baterai SLA lebih umum digunakan sebagai penyimpanan sekunder dalam kendaraan komersial. Namun, ada rencana pengembangan untuk menghadirkan baterai SLA dalam kapasitas yang lebih besar.
Baca Juga: Cloud EV Dikabarkan Bakal Hadir di Indonesia, Begini Kata Wuling Motors 4. Ultracapacitor Baterai
ultracapacitor menyimpan cairan terpolarisasi antara elektroda dan elektrolit, berbeda dengan baterai konvensional. Semakin luas permukaan cairannya, semakin besar kapasitas penyimpanan energinya. Seperti baterai SLA, ultracapacitor cocok sebagai perangkat penyimpanan sekunder dalam kendaraan listrik. Ini membantu meningkatkan kinerja baterai elektrokimia dan memberikan daya ekstra selama akselerasi serta pengereman regeneratif. 5. ZEBRA (Zero Emissions Batteries Research Activity) Baterai ZEBRA, varian suhu rendah dari sodium-sulfur (NaS), dikembangkan khusus untuk mobil listrik. Menggunakan NaAlCl4 dengan elektrolit keramik Na+-beta-alumina, baterai ini memiliki sel daya tinggi dan beroperasi pada suhu tinggi. Kelebihan ZEBRA meliputi kepadatan energi tinggi, sel besar, siklus hidup panjang, toleransi terhadap korsleting, keamanan yang lebih baik daripada sodium sulfur, dan biaya produksi rendah. Namun, ada kekurangan seperti cocok hanya untuk kapasitas besar, rentang ukuran terbatas, produksi terbatas, resistensi internal tinggi, dan suhu operasi yang tinggi.
Baca Juga: BRI Targetkan Capai Net Zero Emission pada Tahun 2050 6. Solid-state Baterai solid-state menggantikan elektrolit cair dengan elektrolit padat, seperti gelas, keramik, atau bahan lainnya. Meskipun bukan teknologi baru, penggunaannya dalam mobil listrik baru-baru ini. Baterai ini telah digunakan pada perangkat kecil selama bertahun-tahun dan, pada kapasitas yang sama dengan baterai lithium-ion, memiliki kapasitas yang jauh lebih besar. Penggunaan elektrolit padat juga membantu mengurangi ukuran jejak baterai mobil listrik. Itulah jenis-jenis baterai mobil
hybrid yang penting Anda ketahui sebelum memilikinya. Selain memastikan memilih jenis baterai tepat, pastikan Anda juga melengkapi kendaraan non-BBM dengan asuransi mobil.
Baca Juga: Wuling Motors: Persaingan Pasar Otomotif Nasional Semakin Ketat Seperti kendaraan BBM, mobil hybrid juga terdiri dari dua jenis asuransi yang akan mengcover, yaitu, asuransi mobil All Risk atau asuransi komprehensif dan Total Loss Only (TLO). Proteksi komprehensif menanggung semua jenis kerusakan kecil hingga total seperti benturan, tabrakan, penyok, baret, pencurian, terperosok dan lainnya. Sementara asuransi TLO hanya menanggung risiko rusak total atau nilai perbaikan mencapai 75% atau lebih dari harga kendaraan, yaitu tindak pencurian, terperosok, kemasukan air, atau mobil hilang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News