JAKARTA. Jokowi yang Gubernur Jakarta rupanya menarik untuk diliput tidak hanya oleh media setempat. Kantor berita Agence France Presse dan International New York Times sama-sama telah membuat liputan mengenai dia.”Dia sebuah fenomena politik. Bagus sekali yang telah dan sedang dia kerjakan, dengan tetap rendah hati, dekat dengan rakyat,” kata Joe Cochrane, koresponden Indonesia untuk International New York Times yang dulu bernama International Herald Tribune itu, dalam perbincangan ”Foreign Correspondents: Covering Indonesia”, di Jakarta, Selasa siang.Acara yang diadakan Kedubes AS itu juga menampilkan Sam Reeves, editor berita pada AFP, yang berbagi mengenai suka dan duka meliput di Indonesia. Liputan mengenai Jokowi itu—yang sama-sama telah dibuat kedua organisasi media itu—rupanya menarik hadirin yang sebagian besar adalah wartawan setempat. Beberapa yang hadir mempertanyakan mengapa Jokowi menarik untuk diliput oleh media asing itu dan bagaimana reaksi pembacanya.Cochrane sepakat dengan Reeves bahwa Jokowi merepresentasikan terlepasnya Indonesia dari ikatan masa lalu karena berbedanya sosok itu dari politisi zaman sebelumnya.Reaksi pembacanya, ”Mungkin pembaca di Tokyo tertarik, sedangkan pembaca di Eropa mungkin tidak. Namun, artikel itu akan memberi gambaran apa yang sedang terjadi di Indonesia,” tutur Cochrane.Kedua koresponden asing itu merasa bahwa keramahan dan keterbukaan orang Indonesia membuat mereka betah, sedangkan akses ke pejabat pemerintah relatif mudah. Reeves membandingkan dengan pengalamannya saat meliput di Inggris, di mana akses ke menteri luar negeri, misalnya, tidaklah semudah seperti di Indonesia.Seorang wartawan setempat mempertanyakan mengapa pertikaian Nat Rothschild dan Bumi PLC dengan keluarga Bakrie tahun lalu begitu disorot media asing, sedangkan konglomerat-konglomerat Indonesia kurang mendapat sorotan.”Nama Rothschild itu sangat terkenal di Eropa dan AS. Pertikaian itu sangat punya nilai berita,” jawab Cochrane yang menyiasati masalah lalu lintas di Jakarta dengan, antara lain, mengatur agar melakukan sekaligus beberapa wawancara di kawasan yang harus dituju.Reeves mengatakan, bahan berita di Indonesia sangat beragam. Adapun Cochrane yang beristri perempuan Indonesia mengatakan, Indonesia itu mikrokosmos dunia, setiap hal baik dan setiap hal buruk dunia ada di Indonesia.Menjawab pertanyaan berita tahun lalu apa yang menonjol, Reeves menyebut memburuknya hubungan Indonesia dan Australia menjelang akhir tahun, sedangkan Cochrane yang ketua Jakarta Foreign Correspondents Club menyebutkan berita kontes kecantikan Miss World yang sempat terancam batal karena protes. ”Sekelompok kecil orang yang membuat negara Anda tampak buruk di mata publik dunia,” katanya. (DI)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Suka duka wartawan asing meliput Indonesia
JAKARTA. Jokowi yang Gubernur Jakarta rupanya menarik untuk diliput tidak hanya oleh media setempat. Kantor berita Agence France Presse dan International New York Times sama-sama telah membuat liputan mengenai dia.”Dia sebuah fenomena politik. Bagus sekali yang telah dan sedang dia kerjakan, dengan tetap rendah hati, dekat dengan rakyat,” kata Joe Cochrane, koresponden Indonesia untuk International New York Times yang dulu bernama International Herald Tribune itu, dalam perbincangan ”Foreign Correspondents: Covering Indonesia”, di Jakarta, Selasa siang.Acara yang diadakan Kedubes AS itu juga menampilkan Sam Reeves, editor berita pada AFP, yang berbagi mengenai suka dan duka meliput di Indonesia. Liputan mengenai Jokowi itu—yang sama-sama telah dibuat kedua organisasi media itu—rupanya menarik hadirin yang sebagian besar adalah wartawan setempat. Beberapa yang hadir mempertanyakan mengapa Jokowi menarik untuk diliput oleh media asing itu dan bagaimana reaksi pembacanya.Cochrane sepakat dengan Reeves bahwa Jokowi merepresentasikan terlepasnya Indonesia dari ikatan masa lalu karena berbedanya sosok itu dari politisi zaman sebelumnya.Reaksi pembacanya, ”Mungkin pembaca di Tokyo tertarik, sedangkan pembaca di Eropa mungkin tidak. Namun, artikel itu akan memberi gambaran apa yang sedang terjadi di Indonesia,” tutur Cochrane.Kedua koresponden asing itu merasa bahwa keramahan dan keterbukaan orang Indonesia membuat mereka betah, sedangkan akses ke pejabat pemerintah relatif mudah. Reeves membandingkan dengan pengalamannya saat meliput di Inggris, di mana akses ke menteri luar negeri, misalnya, tidaklah semudah seperti di Indonesia.Seorang wartawan setempat mempertanyakan mengapa pertikaian Nat Rothschild dan Bumi PLC dengan keluarga Bakrie tahun lalu begitu disorot media asing, sedangkan konglomerat-konglomerat Indonesia kurang mendapat sorotan.”Nama Rothschild itu sangat terkenal di Eropa dan AS. Pertikaian itu sangat punya nilai berita,” jawab Cochrane yang menyiasati masalah lalu lintas di Jakarta dengan, antara lain, mengatur agar melakukan sekaligus beberapa wawancara di kawasan yang harus dituju.Reeves mengatakan, bahan berita di Indonesia sangat beragam. Adapun Cochrane yang beristri perempuan Indonesia mengatakan, Indonesia itu mikrokosmos dunia, setiap hal baik dan setiap hal buruk dunia ada di Indonesia.Menjawab pertanyaan berita tahun lalu apa yang menonjol, Reeves menyebut memburuknya hubungan Indonesia dan Australia menjelang akhir tahun, sedangkan Cochrane yang ketua Jakarta Foreign Correspondents Club menyebutkan berita kontes kecantikan Miss World yang sempat terancam batal karena protes. ”Sekelompok kecil orang yang membuat negara Anda tampak buruk di mata publik dunia,” katanya. (DI)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News