JAKARTA. Pesawat milik Rusia bernama Sukhoi Superjet 100 yang hilang dari pantauan radar merupakan pesawat baru. Pesawat bikinan, Sukhoi itu baru diproduksi sebanyak enam unit. Pesawat tersebut, menurut kantor berita Rusia, RIA Novosti, membawa 44 orang, yang terdiri atas delapan warga Rusia dan 36 warga negara asing. Pesawat yang dipiloti warga negara Rusia ini dinyatakan gagal kembali ke bandar udara tempat keberangkatan, setelah melakukan demo terbang mengelilingi udara Jakarta.
Pesawat tersebut berada di Jakarta dalam rangka menggelar pertunjukan keliling (road show) ke beberapa negara termasuk Indonesia. Dalam siaran pers Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Selasa (8/5/2012), disebutkan pameran dan presentasi produk digelar di Jakarta, Rabu (9/5/2012) ini, termasuk atraksi peragaan terbang. Sukhoi Superjet 100 merupakan sebuah pesawat yang dibuat dan dikembangkan oleh Sukhoi, demikian menurut Wikipedia. Pesawat ini merupakan salah satu pesawat terbaru di Rusia dan merupakan pesawat penumpang Rusia pertama yang dikembangkan pasca bubarnya Uni Soviet. Pesawat ini ditujukan untuk menggantikan Tupolev Tu-134 dan Yakovlev Yak-42 peninggalan Soviet yang sudah tua dan sering mengalami kecelakaan. Di pasar global, Superjet 100 berkompetisi dengan seri pesawat regional Bombardier CRJ dan Embraer E-Jets serta Antonov An-148. Proyek Superjet 100 didukung sepenuhnya oleh pemerintah Rusia dan dikatakan sebagai salah satu proyek nasional terpenting. Sukhoi Superjet 100 pertama kali mengudara pada 2011. Pengguna pertamanya adalah maskapai penerbangan nasional Armenia, Armavia, yang membeli sebanyak 4 unit. Aeroflot, maskapai penerbangan nasional Rusia memesan sebanyak 50 unit, tiga diantaranya sudah masuk dinas. Di Indonesia, pesawat ini telah dipesan Kartika Airlines sebanyak 15 unit, dan Sky Aviation, juga sebanyak 15 unit. Mesin SaM146, dikembangkan oleh Powerjet, sebuah joint venture antara NPO Saturn Rusia dan Snecma Perancis. Pesawat ini mulai diproduksi pada tahun 2007. Hingga saat ini jumlah produksinya adalah 6.
Perancangannya dimulai mulai tahun 2000 oleh Sukhoi dengan dukungan perusahaan kedirgantaraan Barat seperti Boeing sebagai konsultan proyek, Alenia Aeronautica sebagai partner strategis. Snecma sebagai risk-sharing partner, dan berbagai perusahaan lainnya seperti Thales sebagai penyedia paket avionik. Pesawat ini telah disertifikasi laik terbang oleh Komite Penerbangan Antarnegara pada 3 Februari 2011 dan diharapkan sertifikasi Uni Eropa segera menyusul. (Domu D. Ambarita/
Tribunews) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri