KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Suko Hartono kini resmi menjadi Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Suko sempat menjadi Direktur Utama Pertagas, anak usaha Pertamina. Namun kariernya di sana hanya bertahan satu tahun dari 2017 sampai 2018. Pengangkatan Suko tepat dengan hari lahir PGN ke-55. Ini kebetulan atau memang Menteri BUMN Erick Thohir sudah merencanakan pengangkatan Suko. Terlepas dari itu, meski sudah dicopot jadi Dirut Pertagas saat itu, karier Suko tak berhenti di industri minyak dan gas bumi.
Baca Juga: Asaki berharap Dirut baru PGAS bisa wujudkan harga gas industri US$ 6 per MMBTU Suko malah dibajak Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk menempati kursi Direktur di PT Petrogas Jatim Utama (Perseroda), sebuah perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pada Juli 2019 dengan masa jabatan sampai 2024. Di Tanah kelahirannya, Suko rupanya tak boleh berlama-lama di sana. Menteri BUMN Erick Thohir kembali memanggilnya untuk menahkodai almamaternya. Maklum, Suko bukan orang baru di PGN. Pria kelahiran Madiun 18 November 1968 itu sudah lama berkarir di PGN. Yakni, menjadi Direktur Utama PT Gagas Energi Indonesia (Anak Perusahaan PT PGN) (2011 – 2013), General Manager SBU Distribusi I PT Perusahaan Gas Negara (2013 – 2015). Kemudian, Kepala Divisi Pengembangan Bisnis, Produk dan Teknologi PT Perusahaan Gas Negara (2015 – 2016), Vice President Senior Expert Residential - PT Perusahaan Gas Negara (2016 – 2017), dan President Director – PT Pertamina Gas (2017 – 2018). Sayangnya, lulusan ITB Teknik Kimia itu sampai saat ini belum menjawab telepon dan pesan singkat Kontan.co.id. Asal tahu saja, Suko menghadapi tantangan berat di PGN. Selain mesti mengangkat harga saham PGAS yang terus turun, Suko juga mesti memperhatikan kinerja keuangan perusahaan yang terhantam penurunan harga gas industri.
Baca Juga: Menteri BUMN tunjuk Suko Hartono sebagai Direktur Utama PGN PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) membukukan pendapatan senilai US$ 873,81 juta di kuartal pertama tahun ini. Jumlah tersebut turun tipis 0,28% dibandingkan pendapatan di kuartal pertama tahun lalu US$ 876,24 juta. Mayoritas pendapatan PGAS berasal dari lini distribusi gas yang mencapai US$ 693,47 juta. Jumlah ini setara 79,36% dari total pendapatan di kuartal I 2020. Kemudian penjualan minyak dan gas neto menyumbang pendapatan US$ 76,10 juta, transmisi gas senilai US$ 65 juta, pemrosesan gas US$ 25,43 juta, transportasi minyak US$ 5,39 juta, sewa fiber optik US$ 4,17 juta serta pendapatan lain-lain US$ 4,25 juta. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis melalui website Bursa Efek Indonesia, Jumat (1/5), PGAS mencatatkan laba operasi senilai US$ 172,19 juta di kuartal I 2020, tumbuh 5,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 162,51 juta.
Baca Juga: Rayakan HUT Ke-55, PGN berkomitmen dorong pemerataan akses gas bumi Sedangkan laba bersihnya atau laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyusut 26,62% year-on-year (yoy) menjadi US$ 47,77 juta. Salah satu pemicu menyusutnya laba bersih PGAS lantaran mereka mencatatkan kenaikan rugi selisih kurs sebesar 172,34% (yoy) menjadi US$ 63,21 juta di kuartal 1 2020. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini