JAKARTA. Dapat dikatakan, tahun 2012 lalu merupakan tahunnya pasar sukuk dunia. Mengapa? Sebab, di sepanjang 2012, volume surat utang berbasis syariah yang diterbitkan oleh negara penerbit mencapai US$ 140 miliar. Angka tersebut 64% lebih tinggi ketimbang tahun 2011 yang nilainya hanya mencapai US$ 85 miliar. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, Malaysia merupakan pemain utama dari penerbitan sukuk dengan nilai mencapai US$ 104 miliar atau 74% dari seluruh sukuk global yang diterbitkan. Baru kemudian diikuti oleh Arab Saudi. Bagaimana dengan Indonesia? Rupanya, Indonesia termasuk dalam lima pasar sukuk terbesar dunia setelah Malaysia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Qatar. Hal ini disebabkan sukuk dipandang sebagai instrumen pembiayaan anggaran negara yang cukup penting. Biasanya, penerbitan sukuk ditujukan untuk keperluan pembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu. Sebut saja pembangunan bendungan, unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol.Ketertarikan pemerintah dalam menerbitkan sukuk juga seiring dengan prospek yang cerah yang ditawarkan oleh instrumen investasi berbasis syariah ini. Optimisme pemerintah tersebut berkaca pada penerbitan sukuk pada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu jenis sukuk yang tengah naik daun adalah surat berharga syariah atau sukuk ritel (sukri). Lihat saja, dalam penerbitan empat seri sukuk ritel (sukri), nilai penyerapannya oleh investor selalu mencatatkan kenaikan saban tahun. Selain itu, sejak pemerintah menerbitkan Sukri SR-001 hingga Sukri SR-004, selalu terdapat kelebihan permintaan (oversubscribed). Sekadar mengingatkan, nilai yang terserap pada penjualan SR-001 pada tahun 2009 lalu sebesar Rp 5,6 triliun. Jumlah tersebut kemudian naik pada tahun berikutnya di mana nilai penyerapan sukuk SR-002 menembus angka Rp 8 triliun. Memang, nilai penyerapan sukuk seri SR-003 mengalami penurunan dan hanya terjual sekitar Rp 7,3 triliun.Namun, pada penerbitan sukuk seri SR-004, nilai penyerapannya mencapai Rp 13,6 triliun. Angka tersebut sebenarnya merupakan target awal yang diajukan oleh 24 agen penjual SR-004. Menjelang tutup masa penawaran pada 13 Maret 2012 lalu, agen penjual mengajukan tambahan kuota penjualan atau upsize sebesar Rp 5,47 triliun menjadi Rp 19 triliun. Namun selama dua minggu masa penawaran, target upsize tersebut tidak tercapai.Optimistis permintaan tinggi Nah, dalam hitungan hari ke depan, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan akan segera menerbitkan sukri anyar seri SR-005. Penetapan kupon SR-005 akan dilakukan pada hari ini, 7 Februari 2013. Adapun, masa penawaran akan dilakukan pada tanggal 8 - 22 Februari 2013. Sejumlah pihak yang diwawancarai KONTAN optimistis sukri SR-005 akan habis terserap pasar. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro meramal, prospek sukuk ritel akan bagus. Menurutnya, instrumen ini bisa menjadi alternatif bagi investor domestik yang berniat diversifikasi investasi di luar perbankan, namun belum mau mendulang risiko besar.Pendapat serupa juga diungkapkan oleh pengamat sukuk Imam MS. Dia memprediksi, penyerapan sukuk ritel kali ini mungkin sekitar Rp 12 triliun. Ini berdasarkan kemampuan para agen penjual yang telah memberikan proposal kepada pemerintah. "Minat investor dalam tahap premarketing cukup baik. Instrumen ini masih akan menarik," ramal Imam M.S., Senin, (21/1). Sementara, Fakhrul Aufa, analis PT Penilai Harga Efek Indonesia memprediksi, penyerapan sukri SR-005 ini bisa mencapai Rp 13 triliun. “Saya masih optimistis mengenai hal ini. Sebab, permintaan pasar masih tinggi dan sukri menjadi instrumen yang diandalkan pemerintah,” jelasnya. Analis Milenium Danatama Asset Management, Desmon Silitonga menambahkan, adanya peningkatan jumlah masyarakat menengah ke atas, akan semakin meningkatkan minat investor terhadap surat utang berbasis syariah ini. Sebagian besar investor penyerap sukri, dijelaskan Desmon, berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta maupun Surabaya. "Kemungkinan besar sih para pegawai negeri sipil (PNS) dan swasta," ucap Desmon kepada KONTAN, Selasa (5/2).Kupon masih kompetitifEkonom Bank Internasional Indonesia (BII), Josua Pardede juga meyakini bahwa Sukri 005 nanti akan laris diserap investor. Salah satu faktor yang menjadi daya tarik sukri SR-005 adalah penetapan besaran kupon atau imbalan yang ditawarkan.Baik Desmon, Josua, dan Fakhrul sepakat, kupon yang akan ditetapkan nanti tidak akan berbeda jauh dari kupon sukri SR-004, dengan kisaran 6%-6,25%. Josua melihat, kupon yang ditawarkan sangat menarik terutama dengan melihat tingkat suku bunga yang masih rendah.Seperti yang diketahui, suku bunga yang ditetapkan BI saat ini adalah 5,75%. Menurut Fakhrul, kupon dengan kisaran 6%-6,25% masih terbilang menarik karena di atas suku bunga BI. Kisaran kupon SR-005 itu juga di atas suku bunga deposito yang saat ini berada di rentang 5,5%-5,75%.Menurut Fakhrul, ada beberapa hal yang menyebabkan sukri SR-005 menarik di mata investor. Pertama, jika dibandingkan dengan deposito, keutungan berinvestasi di Sukri karena ada jaminan langsung dari pemerintah. Kedua, terkait faktor likuiditas di mana dana yang dibutuhkan untuk masuk ke sukri tidak terlalu besar. Ketiga, di antara sukuk seri-seri lain, risiko investasi dari SR-005 relatif lebih rendah. Hal ini diamini oleh Josua. Sukri yang notabene berbasis syariah, menjadi kelebihan tersendiri karena faktor risikonya yang lebih kecil. Terutama, Josua bilang, karena Sukri mengikuti aturan syariah dan peruntukannya digunakan pemerintah sebagai pelengkap Anggarap Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Keempat, “Harga masih mendekati par 100, sehingga tidak terlalu mahal,” beber Fakhrul. Ini waktu yang tepatDesmon menambahkan, kondisi saat ini menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk berinvestasi di sukri. "Tapi, harus tetap melihat risiko yang ada. Terutama data inflasi maupun tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)," tambah Desmon. Khusus untuk sukri SR-005, Desmon menerangkan, ada baiknya investor berinvestasi dengan cara hold hingga jatuh tempo 3 tahun mendatang sesuai dengan tenor yang ditetapkan. Mengapa? “Jika dilepas sebelum masa periodenya berakhir, belum tentu kita mendapat pada harga dan volume yang dikehendaki. Belum lagi pada saat kita jual, keutungannya belum seberapa, kita juga harus bayar pajak dan biaya transaksi. Artinya, gain yang kita dapat menjadi tidak maksimal,” papar Desmon panjang lebar.Josua juga setuju jika investor sukri bermain sesuai dengan jatuh temponya selama 3 tahun. "Karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sepanjang tahun ini. Dalam artian, BI Rate yang terjaga, ditambah potensi ekonomi Indonesia yang cukup baik," ungkap dia.Josua juga mengatakan, investasi di sukri sudah menjadi investasi alternatif ditengah volatilitas instrumen investasi lainnya. Namun dirinya menyadari, dibandingkan sukri, masih banyak investor yang lebih memilih obligasi karena returnnya yang lebih besar.
Sukri SR005 segera meluncur, bagaimana prospeknya?
JAKARTA. Dapat dikatakan, tahun 2012 lalu merupakan tahunnya pasar sukuk dunia. Mengapa? Sebab, di sepanjang 2012, volume surat utang berbasis syariah yang diterbitkan oleh negara penerbit mencapai US$ 140 miliar. Angka tersebut 64% lebih tinggi ketimbang tahun 2011 yang nilainya hanya mencapai US$ 85 miliar. Data yang dihimpun Bloomberg menunjukkan, Malaysia merupakan pemain utama dari penerbitan sukuk dengan nilai mencapai US$ 104 miliar atau 74% dari seluruh sukuk global yang diterbitkan. Baru kemudian diikuti oleh Arab Saudi. Bagaimana dengan Indonesia? Rupanya, Indonesia termasuk dalam lima pasar sukuk terbesar dunia setelah Malaysia, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Qatar. Hal ini disebabkan sukuk dipandang sebagai instrumen pembiayaan anggaran negara yang cukup penting. Biasanya, penerbitan sukuk ditujukan untuk keperluan pembiayaan negara secara umum (general funding) atau untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu. Sebut saja pembangunan bendungan, unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol.Ketertarikan pemerintah dalam menerbitkan sukuk juga seiring dengan prospek yang cerah yang ditawarkan oleh instrumen investasi berbasis syariah ini. Optimisme pemerintah tersebut berkaca pada penerbitan sukuk pada tahun-tahun sebelumnya. Salah satu jenis sukuk yang tengah naik daun adalah surat berharga syariah atau sukuk ritel (sukri). Lihat saja, dalam penerbitan empat seri sukuk ritel (sukri), nilai penyerapannya oleh investor selalu mencatatkan kenaikan saban tahun. Selain itu, sejak pemerintah menerbitkan Sukri SR-001 hingga Sukri SR-004, selalu terdapat kelebihan permintaan (oversubscribed). Sekadar mengingatkan, nilai yang terserap pada penjualan SR-001 pada tahun 2009 lalu sebesar Rp 5,6 triliun. Jumlah tersebut kemudian naik pada tahun berikutnya di mana nilai penyerapan sukuk SR-002 menembus angka Rp 8 triliun. Memang, nilai penyerapan sukuk seri SR-003 mengalami penurunan dan hanya terjual sekitar Rp 7,3 triliun.Namun, pada penerbitan sukuk seri SR-004, nilai penyerapannya mencapai Rp 13,6 triliun. Angka tersebut sebenarnya merupakan target awal yang diajukan oleh 24 agen penjual SR-004. Menjelang tutup masa penawaran pada 13 Maret 2012 lalu, agen penjual mengajukan tambahan kuota penjualan atau upsize sebesar Rp 5,47 triliun menjadi Rp 19 triliun. Namun selama dua minggu masa penawaran, target upsize tersebut tidak tercapai.Optimistis permintaan tinggi Nah, dalam hitungan hari ke depan, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan akan segera menerbitkan sukri anyar seri SR-005. Penetapan kupon SR-005 akan dilakukan pada hari ini, 7 Februari 2013. Adapun, masa penawaran akan dilakukan pada tanggal 8 - 22 Februari 2013. Sejumlah pihak yang diwawancarai KONTAN optimistis sukri SR-005 akan habis terserap pasar. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro meramal, prospek sukuk ritel akan bagus. Menurutnya, instrumen ini bisa menjadi alternatif bagi investor domestik yang berniat diversifikasi investasi di luar perbankan, namun belum mau mendulang risiko besar.Pendapat serupa juga diungkapkan oleh pengamat sukuk Imam MS. Dia memprediksi, penyerapan sukuk ritel kali ini mungkin sekitar Rp 12 triliun. Ini berdasarkan kemampuan para agen penjual yang telah memberikan proposal kepada pemerintah. "Minat investor dalam tahap premarketing cukup baik. Instrumen ini masih akan menarik," ramal Imam M.S., Senin, (21/1). Sementara, Fakhrul Aufa, analis PT Penilai Harga Efek Indonesia memprediksi, penyerapan sukri SR-005 ini bisa mencapai Rp 13 triliun. “Saya masih optimistis mengenai hal ini. Sebab, permintaan pasar masih tinggi dan sukri menjadi instrumen yang diandalkan pemerintah,” jelasnya. Analis Milenium Danatama Asset Management, Desmon Silitonga menambahkan, adanya peningkatan jumlah masyarakat menengah ke atas, akan semakin meningkatkan minat investor terhadap surat utang berbasis syariah ini. Sebagian besar investor penyerap sukri, dijelaskan Desmon, berasal dari kota-kota besar seperti Jakarta maupun Surabaya. "Kemungkinan besar sih para pegawai negeri sipil (PNS) dan swasta," ucap Desmon kepada KONTAN, Selasa (5/2).Kupon masih kompetitifEkonom Bank Internasional Indonesia (BII), Josua Pardede juga meyakini bahwa Sukri 005 nanti akan laris diserap investor. Salah satu faktor yang menjadi daya tarik sukri SR-005 adalah penetapan besaran kupon atau imbalan yang ditawarkan.Baik Desmon, Josua, dan Fakhrul sepakat, kupon yang akan ditetapkan nanti tidak akan berbeda jauh dari kupon sukri SR-004, dengan kisaran 6%-6,25%. Josua melihat, kupon yang ditawarkan sangat menarik terutama dengan melihat tingkat suku bunga yang masih rendah.Seperti yang diketahui, suku bunga yang ditetapkan BI saat ini adalah 5,75%. Menurut Fakhrul, kupon dengan kisaran 6%-6,25% masih terbilang menarik karena di atas suku bunga BI. Kisaran kupon SR-005 itu juga di atas suku bunga deposito yang saat ini berada di rentang 5,5%-5,75%.Menurut Fakhrul, ada beberapa hal yang menyebabkan sukri SR-005 menarik di mata investor. Pertama, jika dibandingkan dengan deposito, keutungan berinvestasi di Sukri karena ada jaminan langsung dari pemerintah. Kedua, terkait faktor likuiditas di mana dana yang dibutuhkan untuk masuk ke sukri tidak terlalu besar. Ketiga, di antara sukuk seri-seri lain, risiko investasi dari SR-005 relatif lebih rendah. Hal ini diamini oleh Josua. Sukri yang notabene berbasis syariah, menjadi kelebihan tersendiri karena faktor risikonya yang lebih kecil. Terutama, Josua bilang, karena Sukri mengikuti aturan syariah dan peruntukannya digunakan pemerintah sebagai pelengkap Anggarap Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Keempat, “Harga masih mendekati par 100, sehingga tidak terlalu mahal,” beber Fakhrul. Ini waktu yang tepatDesmon menambahkan, kondisi saat ini menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk berinvestasi di sukri. "Tapi, harus tetap melihat risiko yang ada. Terutama data inflasi maupun tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate)," tambah Desmon. Khusus untuk sukri SR-005, Desmon menerangkan, ada baiknya investor berinvestasi dengan cara hold hingga jatuh tempo 3 tahun mendatang sesuai dengan tenor yang ditetapkan. Mengapa? “Jika dilepas sebelum masa periodenya berakhir, belum tentu kita mendapat pada harga dan volume yang dikehendaki. Belum lagi pada saat kita jual, keutungannya belum seberapa, kita juga harus bayar pajak dan biaya transaksi. Artinya, gain yang kita dapat menjadi tidak maksimal,” papar Desmon panjang lebar.Josua juga setuju jika investor sukri bermain sesuai dengan jatuh temponya selama 3 tahun. "Karena tidak ada yang perlu dikhawatirkan di sepanjang tahun ini. Dalam artian, BI Rate yang terjaga, ditambah potensi ekonomi Indonesia yang cukup baik," ungkap dia.Josua juga mengatakan, investasi di sukri sudah menjadi investasi alternatif ditengah volatilitas instrumen investasi lainnya. Namun dirinya menyadari, dibandingkan sukri, masih banyak investor yang lebih memilih obligasi karena returnnya yang lebih besar.