Sejak sukses menekuni usaha pembuatan sari kelapa, perjalanan bisnis Tri Sumono terus berkembang dan maju. Tak lama menekuni bisnis sari kelapa, ia kembali menjajaki peluang bisnis baru. Kali ini, peluang bisnis itu datang dari salah satu perusahaan yang menjadi konsumen sari kelapanya. Perusahaan itu menawarinya proyek pengemasan. "Saya diminta mengerjakan pembuatan 3 juta saset produk minuman susu," ujar Tri.Tanpa pikir panjang, ia pun menyanggupinya. Supaya bisa fokus menggarap proyek ini, bisnis pembuatan sari kelapanya terpaksa dihentikan. "Selain tenaga terbatas, produksi sari kelapa masih seminggu sekali sehingga tidak efisien," jelasnya.Selama dua tahun, Tri menggarap proyek senilai Rp 2 miliar itu. Saat awal mengerjakan proyek, ia langsung mendapat bayaran separuh dari total nilai proyek atau Rp 1 miliar. Uang itu dipakainya buat mendirikan perusahaan pengemasan. Selain buat mengurus legalitas perusahaan, sebagian juga dipakai buat menyiapkan peralatan.Setelah kontrak kerja sama berakhir pada 2009, Tri kembali merambah bisnis baru. Kali ini ia menekuni usaha pembuatan kopi jahe merek Hootri. Dengan memanfaatkan peralatan pengemasan yang sudah dimilikinya, produksi kopi ini bisa bertahan hingga saat ini. "Sejak mendapat proyek pengemasan saya sudah berpikir untuk berbisnis minuman saset seperti ini," ujarnyaSaat ini, produksi kopi saset-nya mencapai 1.000 karton per bulan. Kopi tersebut dibanderol Rp 75.000 per karton yang berisi 120 saset.Produk kopinya itu dipasarkan ke wilayah Sumatra dan Kalimantan. Ia sengaja menghindari pasar Jabodetabek dan Pulau Jawa karena tingkat persaingannya sudah sangat ketat. "Sementara kompetitornya banyak perusahaan raksasa yang sudah terkenal," ujarnya. Sampai saat ini, Tri masih terlibat langsung dalam semua aktivitas produksi kopi jahe saset ini. Ia tak ingin hanya duduk dan menanti laporan.Hal serupa juga dilakukan terhadap lini bisnisnya yang lain, seperti usaha toko sembakonya. Konsep manajemen seperti ini bukan berarti ia tak percaya kepada karyawannya. "Tapi justru saya ingin memberi contoh dan semangat kepada karyawan untuk bekerja maksimal," ujarnya. Tri berharap, kelak produk kopinya bisa semakin dikenal. Untuk itu, ia tak berhenti melakukan inovasi. "Setelah Lebaran kami akan merilis kopi hitam dan kopi susu," jelasnya.Selain itu, ia juga berencana memproduksi minuman kesehatan beras merah. Setiap saset minuman ini setara dengan sepiring nasi merah. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sukses di kopi, Tri merambah minuman kesehatan (3)
Sejak sukses menekuni usaha pembuatan sari kelapa, perjalanan bisnis Tri Sumono terus berkembang dan maju. Tak lama menekuni bisnis sari kelapa, ia kembali menjajaki peluang bisnis baru. Kali ini, peluang bisnis itu datang dari salah satu perusahaan yang menjadi konsumen sari kelapanya. Perusahaan itu menawarinya proyek pengemasan. "Saya diminta mengerjakan pembuatan 3 juta saset produk minuman susu," ujar Tri.Tanpa pikir panjang, ia pun menyanggupinya. Supaya bisa fokus menggarap proyek ini, bisnis pembuatan sari kelapanya terpaksa dihentikan. "Selain tenaga terbatas, produksi sari kelapa masih seminggu sekali sehingga tidak efisien," jelasnya.Selama dua tahun, Tri menggarap proyek senilai Rp 2 miliar itu. Saat awal mengerjakan proyek, ia langsung mendapat bayaran separuh dari total nilai proyek atau Rp 1 miliar. Uang itu dipakainya buat mendirikan perusahaan pengemasan. Selain buat mengurus legalitas perusahaan, sebagian juga dipakai buat menyiapkan peralatan.Setelah kontrak kerja sama berakhir pada 2009, Tri kembali merambah bisnis baru. Kali ini ia menekuni usaha pembuatan kopi jahe merek Hootri. Dengan memanfaatkan peralatan pengemasan yang sudah dimilikinya, produksi kopi ini bisa bertahan hingga saat ini. "Sejak mendapat proyek pengemasan saya sudah berpikir untuk berbisnis minuman saset seperti ini," ujarnyaSaat ini, produksi kopi saset-nya mencapai 1.000 karton per bulan. Kopi tersebut dibanderol Rp 75.000 per karton yang berisi 120 saset.Produk kopinya itu dipasarkan ke wilayah Sumatra dan Kalimantan. Ia sengaja menghindari pasar Jabodetabek dan Pulau Jawa karena tingkat persaingannya sudah sangat ketat. "Sementara kompetitornya banyak perusahaan raksasa yang sudah terkenal," ujarnya. Sampai saat ini, Tri masih terlibat langsung dalam semua aktivitas produksi kopi jahe saset ini. Ia tak ingin hanya duduk dan menanti laporan.Hal serupa juga dilakukan terhadap lini bisnisnya yang lain, seperti usaha toko sembakonya. Konsep manajemen seperti ini bukan berarti ia tak percaya kepada karyawannya. "Tapi justru saya ingin memberi contoh dan semangat kepada karyawan untuk bekerja maksimal," ujarnya. Tri berharap, kelak produk kopinya bisa semakin dikenal. Untuk itu, ia tak berhenti melakukan inovasi. "Setelah Lebaran kami akan merilis kopi hitam dan kopi susu," jelasnya.Selain itu, ia juga berencana memproduksi minuman kesehatan beras merah. Setiap saset minuman ini setara dengan sepiring nasi merah. (Selesai)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News