Sukses meraup cuan dari membuat sarana bermain



JAKARTA. Peluang bisnis selalu ada asal kreatif. Contohnya yang dialami Bangkit Zakya Domba. Berawal dari sekadar hobi, ia kini menjadi pebisnis serius  bidang wahana permainan anak, baik indoor maupun outdoor. Di bawah bendera CV Triyoga, kini ia memiliki   Keep Smile Playground.

Awalnya, Bangkit gemar pada hal-hal yang berkaitan dengan bangunan. Ia sering bergaul dengan mandor bangunan di kampusnya atau tukang las yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Dari orang-orang seperti mereka itu, minat Bangkit tentang hal-hal seputar cara membangun atau membuat sesuatu terasah. Ia juga mendapat banyak pengetahuan  tentang desain dari internet.

Dari situ, ia memiliki ide untuk menyalurkan hobi dengan menjalankan bisnis wahana permainan pada 2006. Pria yang baru berusia 25 tahun ini kemudian merekrut orang-orang untuk mendesain dan membuat konsep wahana permainan. Hingga kini, ia punya sekitar 12 karyawan yang berperan sebagai desainer dan konseptor di Keep Smile Playground.


Ketika merintis bisnis wahana permainan, Bangkit masih kuliah di Jurusan Akuntansi salah satu kampus di Surabaya.Bangkit mengatakan, ketika memulai bisnis ini pada 2006, belum banyak yang mengorder pembuatan wahana permainan padanya. Terhitung hanya ada beberapa sekolah yang meminta dibuatkan taman bermain outdoor. Baru pada 2007, permintaan untuk membuat wahana permainan meningkat.

Lama-kelamaan, Bangkit pun tidak hanya mahir membuat playground tapi juga wahana permainan air. Pemilik Keep Smile Playground ini sering mendapat order pekerjaan dari sejumlah sekolah, pengembang properti dan konsultan properti. Klien sekolah yang pernah memakai jasa Bangkit, antara lain  Kingdom International School di Tangerang dan El Shadai International School di Srengseng, Jakarta.

Dalam sebulan, Bangkit bisa mendapat enam hingga tujuh pesanan wahana permainan. Kliennya tersebar di Jakarta, Samarinda, Balikpapan, Pekanbaru dan Palembang.

Bangkit menjelaskan, sebelum membangun wahana permainan, ia harus merancang sketsa dan desain bangunan, baik di kertas atau dalam bentuk gambar tiga dimensi. Desain ini diserahkan pada klien hingga tercapai kesepakatan. Jika desain disetujui klien, barulah ia mengeksekusi pembangunan wahana permainan.

Dalam membuat wahana bermain, Bangkit butuh waktu sekitar satu bulan untuk menyelesaikannya. Hal pertama yang ia lakukan ialah melakukan survei lokasi bermain. Lalu, ia akan menyesuaikan desain yang ia rancang dengan lokasi yang ada. “Kadang ada tiang yang mengganggu, itu harus disiasati supaya tetap bisa dibangun taman bermain, tapi tidak merusak gedung atau lahan,” ujarnya.

Untuk tarif pembuatan, Bangkit mematok biaya  antara Rp 35  juta hingga Rp 10 miliar, tergantung kemampuan klien dan tingkat kesulitan pekerjaan. Tak heran, dari bisnis ini, Bangkit bisa mengantongi rata-rata omzet sekitar Rp 400 juta per bulan. “Kadang omzet bisa sampai miliaran,” kata dia.

Meski prospeknya cerah, kendala selalu ada. Salah satunya kenaikan harga bahan baku. Pasalnya, tidak semua bahan baku mainan bisa didapatkan di dalam negeri. Untuk beberapa jenis permainan, seperti trampoline harus ia impor. Karena itu, saat nilai tukar dollar AS terhadap rupiah naik atau, maka bahan baku bisa naik 10%–15%. Lagipula, persaingan dalam bisnis ini kian ketat, seiring produsen wahana permainan yang makin banyak.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini