Suku Bunga Acuan Kembali Naik, Ini Efek ke Sektor Bank dan Properti



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) resmi menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kalinya secara berturut turut. Pada pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan November suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) naik 50 basis points (bps) menjadi level 5,25% dari bulan lalu. Suku bunga Deposit Facility menjadi 4,50%, serta suku bunga Lending Facility pada level 6,00%.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan bahwa langkah ini sejalan dengan tekanan inflasi global masih tinggi akibat gangguan rantai pasok yang masih terjadi, sehingga menyebabkan lonjakan harga makanan dan energi. "Tekanan inflasi tersebut membuat beberapa bank sentral mengetatkan kebijakan moneter, salah satunya menaikakn suku bunga," ujar Ratih, Kamis (16/11).

Dia menambahkan, kebijakan kenaikan suku bunga oleh BI dirasa perlu walaupun jika melihat tingkat inflasi IHK di Indonesia telah melambat. Pada bulan Oktober, inflasi IHK di Indoensia sebesar 5,71%, lebih rendah daripada September 5,95%, tapi masih di atas target inflasi BI yaitu 2%-4%.


Baca Juga: Suku Bunga Naik Lagi, Ekonom Soroti Dampaknya terhadap Perlambatan Ekonomi

Alasan lainnya adalah untuk menahan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang cukup dalam. Sebabnya, The Fed terus melakukan langkah agresif dan masih akan menaikkan suku bunga pada beberapa periode ke depan. Untuk saat ini Fed Funds Rate (FFR) berada pada kisaran 3,75%-4%.

Meski inflasi Amerika Serikat pada Oktober lalu sudah mereda di level 7,7% lebih rendah dari perkiraan konsensus ataupun periode sebelumnya di level 8,2%, angka ini masih jauh dari target inflasi sebesar 2%. "Oleh karena itu, The Fed diproyeksikan masih menaikkan suku bunga pada FOMC di bulan Desember mendatang," papar dia.

Bagi perbankan, kenaikan suku bunga BI7DRR dapat menjadi momentum positif. Ditambah pertumbuhan penyaluran kredit secara keseluruhan masih tumbuh 11,95% YoY pada Oktober 2022, lebih tinggi dibandingkan bulan September sebesar 11% YoY, walaupun kenaikan suku bunga dilakukan berturut-turut.

Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat Jumat (18/11), Intip Rekomendasi Saham Berikut

Ratih menyebut, BBCA menjadi emiten perbankan yang menarik di tengah kenaikan suku bunga. Sebabnya, jika dilihat pada kinerja keuangan per 9 September 2022 BBCA memiliki jumlah current account saving account (CASA) 81% dari total dana pihak ketiga (DPK). Perolehan tersebut dinilai membuat BBCA dapat meminimalisir biaya dana.

"Bersamaan dengan hal itu net interest margin (NIM) di tengah kenaikan suku bunga bisa terakselerasi, serta loan to deposit ratio (LDR) yang saat ini berada di level 63% juga berpotensi mengalami peningkatan," ujar dia.

Lain halnya dengan sektor properti, kenaikan suku bunga berpotensi menurunkan permintaan kredit properti, hal ini sejalan kenaikan suku bunga yang akan mengerek tingkat bunga KPR. Dilema yang sama terjadi di Amerika Serikat suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menurut data Mortgage Bankers Association (MBA) pada bulan November sempat menyentuh 7,14%, level tertinggi sejak 2001, sejalan dengan kenaikan suku bunga The Fed.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati