Suku Bunga Acuan Masih Tinggi, Begini Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5%. Meskipun suku bunga masih tinggi, penerbitan obligasi korporasi masih akan melaju.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, penerbitan obligasi korporasi masih akan cenderung berlanjut pada kuartal IV 2023. Hal tersebut seiring dengan cukup tingginya obligasi korporasi yang jatuh tempo pada periode tersebut.

Selain itu, kondisi ekonomi di Indonesia tercatat masih solid. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal I dan kuartal II 2023 yang masing-masing tercatat 5,04% dan 5,17%.


"Pertumbuhan ekonomi tersebut memberikan sinyal permintaan yang solid dari perekonomian Indonesia, sehingga para pelaku usaha masih melihat prospek yang lebih baik ke depannya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (21/9).

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto sepakat. Menurutnya, industri saat ini sedang bertumbuh yang didorong ekonomi makro yang cukup baik. Selain itu, rata-rata penerbitan surat utang oleh perusahaan akan digunakan untuk ekspansi sehingga akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Baca Juga: Dampak Nyata El Nino, Dana Asing di Pasar SBN Minggat Rp 17,7 Triliun

Meski pun memang, dengan tingkat suku bunga yang masih tinggi akan memberikan dampak kenaikan cost of fund.

"Namun, industri saat ini sedang baik sehingga walau cost of fund meningkat, tetapi tidak menyurutkan minat perusahaan untuk ekspansif," katanya.

Wajar saja, berdasarkan data Kementerian Keuangan indeks PMI Manufaktur Indonesia tercatat pada level 53,9 poin per Agustus 2023. Angka itu meningkat dibandingkan bulan Juni 2023 di level 52,5 poin.

Berdasarkan catatan Kontan.co.id, sejumlah emiten bakal menerbitkan obligasi seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) yang akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV Tahap III tahun 2023 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp 1 triliun. Dana bersih yang diperoleh perseroan akan digunakan seluruhnya untuk keperluan modal kerja.

Lalu, PT Toyota Astra Financial Services (TAF) akan merilis Obligasi Berkelanjutan IV Tahap II Tahun 2023 senilai Rp 625 miliar. Dananya juga akan digunakan untuk modal kerja pembiayaan kendaraan bermotor.

Di sisi lain, Josua mencermati bahwa suku bunga acuan yang masih relatif tinggi berpotensi menghambat penerbitan lebih tinggi. Meskipun memang spread obligasi korporasi cenderung turun dalam 1-2 bulan terakhir.

"Selain itu, faktor musim Pemilu yang dipenuhi ketidakpastian juga diperkirakan membuat emiten lebih berhati-hati dalam menerbitkan obligasi korporasi," kata Josua.

Baca Juga: Nada Hawkish The Fed Mengejutkan Pasar, Yield Obligasi Indonesia Berpotensi Naik

Lalu dari sisi permintaan, baik investor domestik maupun asing dinilai masih akan cenderung berhati-hati dalam 1-2 bulan ke depan lantaran ketidakpastian arah Fed. Menurutnya, sentimen tersebut mempengaruhi permintaan obligasi korporasi ataupun obligasi pemerintah secara bersamaan.

Namun, kata Josua, salah satu yang dapat menjadi pendorong minat investor akan obligasi korporasi di antaranya, tingkat kupon yang masih relatif tinggi dibandingkan dengan return asset lainnya. Sehingga berpotensi menarik minat investor yang cenderung berinvestasi secara hold-to-maturity untuk obligasi korporasi.

"Namun, investor harus jeli melihat kemampuan bayar perusahaannya karena 1-2 tahun terakhir ada yang default, bahkan BUMN," imbuh Ramdhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari