Suku Bunga Acuan Naik, Begini Efeknya ke Obligasi Pemerintah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi Indonesia masih cukup menarik di tengah kenaikan suku bunga acuan global. Analis memperkirakan obligasi pemerintah akan bergairah ke depannya setelah BI menaikkan suku bunga dan meredanya inflasi. 

Head of Fixed Income Avrist Asset Management Zaki Aulia mengatakan hingga bulan agustus ini kinerja aset obligasi pemerintah masih relatif di bawah obligasi korporasi dan saham. 

"Hal ini terutama disebabkan oleh ketidakpastian global dan efek kebijakan suku bunga Fed yang masih cenderung agresif. Keputusan BI dalam menaikkan tingkat suku bunga dapat menyebabkan imbal hasil obligasi pemerintah terutama dengan tenor di bawah 10 tahun berpotensi tertekan," ujar Zaki kepada Kontan.co.id, Selasa, (23/8). 


Baca Juga: Pasar Obligasi Masih Menarik Meski Suku Bunga BI Naik

Tapi, secara keseluruhan kenaikan bunga acuan ini diharapkan dapat memberi dampak positif ke pasar obligasi, terutama investor domestik karena stabilnya tingkat rupiah dan yield.

Sementara, Direktur & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Asset Management Indonesia Ezra Nazula mengatakan kenaikan BI rate sudah diantisipasi oleh investor, meskipun waktunya sedikit mengejutkan pasar.

"Kami ekspektasikan BI akan menaikkan BI 7 day reverse repo rate sekitar 2-3 kali pada tahun ini. Dengan naiknya BI rate sebenarnya memberi sentimen positif ke nilai tukar rupiah dan menunjukkan BI memperhatikan inflasi dan tidak behind the curve," ucap Ezra. 

Zaki melihat setidaknya hingga akhir tahun 2022, prospek obligasi pemerintah masih akan mengalami volatilitas yang tinggi, terutama bila dibandingkan dengan obligasi korporasi.  

Baca Juga: Suku Bunga Naik, Obligasi Pemerintah Masih Menarik

"Masih berlanjutnya ketidakpastian global masih memberikan pengaruh kuat terhadap pergerakan obligasi pemerintah," ucap Zaki. 

Ezra berharap dengan kenaikan BI rate telah di priced in oleh investor sehingga market lebih bergairah ke depannya.  

Zaki mengatakan sentimen positif yang dapat mempengaruhi antara lain ekspektasi meredanya inflasi AS, yang akan diikuti berkurangnya agresifitas Fed dalam menaikkan suku bunga, Dari sisi demand, permintaan terhadap government bonds masih relatif kuat terutama dari perbankan, setidaknya hingga akhir tahun.  

Zaki menyarankan strategi ke depannya untuk obligasi pemerintah, dapat melakukan strategi defensif, dengan menurunkan durasi ke netral-pendek serta menjaga tingkat likuiditas untuk memanfaatkan momentum.

Menurut Zaki obligasi pemerintah masih menarik bagi investor asing. Ini terlihat dari hasil lelang sebelumnya merupakan penawaran yang tertinggi selama tahun ini. 

Ezra memperkirakan level yield US Treasury sudah mencapai level tertinggi dan kenaikan suku bunga The Fed setelah bulan September akan lebih perlahan. 

"Dengan demikian asing akan berpotensi kembali masuk ditopang oleh nilai tukar rupiah yang lebih tersupport setelah BI menaikkan suku bunga," tutur Ezra. 

Sementara, Zaki memperkirakan bahwa investor asing masih memiliki potensi untuk masuk kembali ke pasar obligasi Indonesia.  

"Faktor yang dapat menyebabkan investor asing kembali masuk antara lain meredanya ketidakpastian global dan tekanan kenaikan tingkat suku bunga AS, turunnya level persepsi resiko indonesia terlihat dari angka cds yang menurun, stabilnya tingkat rupiah terhadap dolar AS, serta perkembangan pemulihan ekonomi Indonesia pasca covid 19," tutup Zaki. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi