Suku Bunga Acuan Naik Menjadi 6,25%, Begini Rekomendasi Portofolio Bagi Investor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu (24/6). Sehingga, suku bunga acuan kini berada di level 6,25%. Dengan adanya kenaikan ini, investor perlu memiliki strategi investasi untuk mengoptimalkan return dan meminimalkan risiko.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan, strategi yang perlu dilakukan investor di era suku bunga yang sedang naik seperti saat ini yaitu, melakukan diversifikasi portofolio.

Menurut dia, hal ini tetap menjadi kunci dalam mengelola investasi dengan memiliki berbagai jenis aset dan risiko kerugian karena perubahan suku bunga dapat diminimalisir. Strategi selanjutnya, Reza bilang, dengan fokus pada sektor investasi yang lebih tahan bunga tinggi, seperti sektor teknologi dan kesehatan.


"Pasalnya kedua sektor tersebut cenderung kurang sensitif terhadap perubahan suku bunga dan bisa menjadi pilihan investasi yang baik," kata Reza kepada Kontan.co.id, Senin (29/4). 

Baca Juga: Akhir April, Ini Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Untuk Selasa (30/4)

Reza menambahkan bahwa investor bisa mempertimbangkan obligasi jangka pendek. Dia menilai, obligasi dengan jangka waktu pendek atau obligasi dengan tingkat bunga yang mengambang bisa menjadi pilihan, karena lebih tahan terhadap kenaikan suku bunga. 

Di sisi lain, dia menilai bahwa portofolio yang bisa dilirik atau dicermati oleh investor di tengah suku bunga tinggi seperti saat ini, antara lain obligasi korporasi di pasar primer atau saat penawaran, reksadana pasar uang, dan pendapatan tetap karena akan memberikan yield atau imbal hasil yang cukup tinggi. 

"Intinya saat ini adalah tetap melakukan diversifikasi ke beberapa produk safe haven sampai kondisi stabil tentunya dengan melihat kurs dolar AS dan kebijakan The Fed terlebih dahulu," kata Reza. 

Baca Juga: Wall Street Menguat di Awal Pekan, Investor Fokus pada Arah Kebijakan The Fed

Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment, Guntur Putra melihat dalam era suku bunga tinggi atau kenaikan suku bunga seperti saat ini, strategi investasi yang disarankan yaitu, juga dengan melakukan diversifikasi portofolio yang cermat.

Menurut dia, investor perlu mempertimbangkan untuk mengalokasikan aset mereka ke instrumen-instrumen investasi yang memiliki tingkat risiko yang sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko mereka masing-masing.

Hal ini berarti tidak hanya menginvestasikan dana dalam satu instrumen investasi, melainkan membaginya di beberapa instrumen yang berbeda, seperti saham, obligasi, emas, dan lain-lain. Diversifikasi ini dapat membantu mengurangi risiko dalam portofolio investasi. 

"Jika investor merasa semisalnya investasi mereka di reksadana saham atau obligasi tidak lagi cocok untuk kondisi pasar saat ini, mereka dapat mempertimbangkan untuk beralih ke instrumen investasi lain seperti reksadana pasar uang, yang mungkin lebih stabil atau memberikan imbal hasil yang lebih baik dalam situasi suku bunga yang tinggi," kata Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (29/4). 

Baca Juga: Sebelum Libur Tengah Pekan, Asing Masih Net Sell, Berikut Rekomendasi Saham Hari Ini

Adapun pada saat memilih portofolio, keranjang investasi yang tepat akan sangat bergantung pada profil risiko masing-masing investor.

Menurut Guntur, setiap instrumen investasi memiliki karakteristik dan risiko yang berbeda. Sebagai contoh, untuk investor yang lebih konservatif, berinvestasi di obligasi mungkin merupakan pilihan yang lebih baik karena umumnya memiliki tingkat keamanan yang lebih tinggi.

Namun, jika investor lebih tertarik pada potensi pengembalian yang lebih tinggi tetapi juga lebih berisiko, dapat mempertimbangkan untuk berinvestasi di sektor saham.

Guntur menambahkan, portofolio investasi juga akan tergantung pada profil risiko dan tujuan investasi masing-masing individu. Biasanya, keberagaman dalam portofolio investasi dapat membantu mengurangi risiko dan meningkatkan potensi pengembalian.

“Biasanya bagi investor yang memiliki toleransi risiko yang lebih tinggi, mereka lebih memilih untuk memiliki proporsi yang lebih besar dalam saham, yang umumnya memiliki potensi pengembalian yang lebih tinggi namun juga lebih berisiko. Namun, bagi investor yang lebih konservatif, mereka mungkin memilih untuk memiliki proporsi yang lebih besar dalam obligasi atau instrumen yang lebih stabil” ungkapnya. 

Baca Juga: Simak Saran Racikan Portofolio Saat Suku Bunga BI Rate Naik Menjadi 6,25%

Guntur menambahkan, sebagai gambaran, dari sisi aset alokasi yang bisa dipertimbangkan oleh investor saat ini sesuai dengan karakteristiknya. Pertama, untuk investor dengan profil risiko agresif bisa menaruh asetnya di saham 50%, obligasi 30%, dan cash atau pasar uang 20%.

Kedua, bagi investor dengan profil risiko moderat bisa menaruh asetnya di saham sebesar 30%, obligasi 40%, dan cash atau pasar uang 30%. 

Selanjutnya yang terakhir, untuk investor dengan profil risiko konservatif bisa menaruh aset di saham sebanyak 15%, obligasi 45%, dan cash atau pasar uang sebanyak 40%. 

Sementara Reza menyebutkan, untuk investor dengan profil risiko agresif bisa menaruh asetnya di pendapatan tetap sebanyak 30%, cash atau pasar uang 30%, saham 20% dan deposito 20%. 

Kemudian untuk investor dengan profil risiko moderat bisa menaruh asetnya di deposito sebanyak 30%, pendapatan tetap 30%, cash atau pasar uang 30%, dan saham 10%.  

Sedangkan bagi investor dengan profil risiko konservatif bisa menaruh aset di 50% deposito, pendapatan tetap 30%, dan pasar uang 20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati