Suku Bunga Acuan Naik, Saham Sektor Perbankan Diuntungkan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. Head of Research Jasa Utama Capital Cheril Tanuwijaya menilai, bursa domestik merespons positif kenaikan suku bunga BI. 

Menurutnya, meski suku bunga acuan naik, tetapi masih mendukung pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Selain itu, Cheril berpandangan, kenaikan suku bunga acuan ini juga diperlukan agar spread suku bunga BI dan Amerika Serikat tidak terlalu jauh. Sehingga mencegah dana asing keluar dari dalam negeri.


"Hal ini terlihat juga pada perdagangan kemarin, investor asing mencatatkan aksi net buy lagi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/8).

Baca Juga: IHSG Dibuka Menguat, Simak Saham-saham Pilihan Ajaib Sekuritas untuk Rabu (24/8)

Di tengah kenaikan suku bunga ini, Cheril menilai saham-saham yang akan diuntungkan dari sektor perbankan. Beberapa saham itu, antara lain BBCA, BBRI, BBNI, BMRI.

Menurutnya, sektor perbankan diuntungkan lantaran saat ini kredit dalam tren tumbuh, bahkan BI sempat merevisi naik target kredit tahun ini menjadi 9%-11%. 

"Sehingga dengan kenaikan suku bunga di tengah kredit yang bertumbuh akan mendongkrak laba perbankan," jelasnya.

Sementara, sektor-sektor yang dirugikan dari sektor teknologi, konstruksi, properti. Menurutnya, hal ini dikarenakan saham di sektor ini memiliki porsi utang yang relatif besar sehingga kenaikan suku bunga bisa mengikis laba.

Walau begitu, Cheril juga berpendapat dampaknya juga akan relatif minim. "Karena sentimen pemulihan ekonomi bisa meminimalisir dampak kenaikan suku bunga," paparnya.

Baca Juga: Hingga Juli 2022, Penyaluran Kredit Perbankan Tembus Rp 6.143,7 Triliun

Apalagi ia melihat efek kenaikan suku bunga baru terasa jangka menengah. Untuk jangka pendek, bursa Indonesia masih optimistis sehingga sektor-sektor tersebut masih naik.

Secara  keseluruhan, Cheril berpandangan investor bisa buy untuk saham-saham yang diuntungkan tersebut.  Sementara, untuk saham yang berpotensi berdapak negatif ia menyarankan sell on strength saat sedang bullish seperti saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi