Suku bunga acuan turun, analis: Saham properti dan perbankan bisa jadi pilihan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bps) menjadi 3,5%. Dengan begitu, suku bunga acuan ini berada di level terendah sepanjang sejarah, setelah pada bulan November 2020 lalu juga mencetak rekor terendah di level 3,75%.

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menilai, ada dua sektor saham yang paling menarik dijadikan lahan investasi di era suku bunga rendah ini. Dua sektor saham tersebut adalah properti dan perbankan.

Sektor properti diuntungkan karena suku bunga yang rendah berpeluang meningkatkan penjualan properti. Terlebih lagi, Bank Indonesia juga memberikan relaksasi kredit berupa down payment (DP) 0% untuk semua jenis properti, seperti rumah tapak, rumah susun, serta ruko/rukan.


Baca Juga: IHSG naik tipis 0,15% dalam sepekan, berikut sentimen yang mewarnai pasar saham

Ia menilai, kebijakan BI tersebut sangat fundamental dan dapat menjadi pendorong kenaikan saham properti dalam jangka pendek hingga menengah. Akan tetapi, ia masih meragukan kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan relaksasi tersebut. 

"Pekerjaan rumah berikutnya tinggal daya beli masyarakat pulih atau tidak. Kalau masyarakat memang punya buying power, maka sektor properti akan lari lebih cepat lagi," ungkap Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/2).

Menurut Wisnu, saat ini masyarakat masih lebih memilih untuk menyimpan dananya sebagai langkah berjaga-jaga dibanding membelanjakannya. Mengingat, kondisi ekonomi  belum benar-benar pulih ditambah pandemi Covid-19 yang masih berkelanjutan.

Selanjutnya, menurut Wisnu, era suku bunga rendah juga akan berefek positif ke sektor perbankan. Pasalnya, penyaluran kredit dari bank berpotensi meningkat sehingga tingkat kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) bisa ditekan.

Baca Juga: IHSG menguat tipis 0,15% sepekan hingga Jumat (19/2)

Akan tetapi, secara valuasi, Wisnu menilai saham-saham perbankan sudah tergolong mahal mengingat adanya penurunan kinerja pada tahun 2020. Oleh karena itu, ia lebih menyukai saham properti, sebab harganya masih terbilang murah.

Menurut dia, saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) tergolong menarik. Pasalnya, price to book value (PBV) ketiga emiten ini masih di kisaran 0,5 kali-1 kali sehingga masih berada di bawah harga wajarnya.

Bernada serupa, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, penurunan suku bunga acuan BI menjadi 3,5% membuat emiten-emiten di sektor perbankan, properti, dan konstruksi cukup menarik untuk dicermati. Bagi perbankan, penurunan suku bunga berpeluang meningkatkan penyaluran kreditnya.

Untuk properti, suku bunga yang rendah berkaitan dengan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) dan KPA yang lebih terjangkau. Sementara sektor konstruksi diuntungkan seiring dengan beban pinjaman ke perbankan yang semakin ringan, mengingat bank merupakan sumber pendanaan andalan sektor ini

Baca Juga: IHSG menguat 0,51% di akhir perdagangan Jumat (19/2), ICBP paling banyak dijual asing

Secara teknikal, Herditya menyarankan investor untuk memperhatikan saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) karena pergerakannya ke depan dinilai masih cukup menarik. "Saya melihat ada potensi koreksi pada BBRI dan BBNI, tetapi penurunannya relatif terbatas," ucap dia.

Secara teknikal, Herditya memperkirakan, support-resistance terdekat BBRI berada di level Rp 4.420-Rp 4.950, BBNI Rp 5.850-Rp 6.400, WSKT Rp 1.320-Rp 1.630, dan WIKA Rp 1.695-Rp 1.900. 

Per perdagangan Jumat (19/2), BBRI berada di level Rp 4.700 per saham, BBNI Rp 6.000, WSKT Rp  1.480, dan WIKA Rp 1.800 per saham.

Selanjutnya: Putus kongsi dengan PepsiCo, Indofood CBP tetap kembangkan snack merek sendiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi