Suku Bunga Acuan Turun, Bank Digital Berpeluang Pangkas Bunga Simpanan dan Kredit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Turunnya suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6% diproyeksikan ikut berdampak positif terhadap kinerja bank-bank digital tanah air.

Direktur Utama PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) atau Allo Bank Indra Utoyo mengatakan, dengan diturunkannya BI Rate, diharapkan biaya dana dapat mulai turun sehingga margin bunga bersih dari aktivitas intermediasi dapat lebih kompetitif. 

Menurutnya, selama ini, Allo Bank cukup terdampak atas tekanan persaingan dana pihak ketiga (DPK) yang semakin meningkat, dimana tekanan persaingan paling signifikan terjadi pada produk deposito mengingat banyak bank yang menawarkan suku bunga lebih tinggi. 


Baca Juga: Penurunan Suku Bunga Dorong Kemampuan Cicil Nasabah

"Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia akan terkena dampak positif dari penurunan BI Rate khususnya seperti properti dan consumer goods, dimana BI Rate yang lebih rendah akan mendorong kredit yang lebih murah," kata Indra kepada Kontan.co.id, Senin (23/9).

Indra menyebut, pihaknya selalu berusaha untuk menyesuaikan tingkat suku bunga produk pendanaan dengan kondisi yang ada. Allo Bank belum lama ini meningkatkan tingkat suku bunga produk pendanaan yang efektif per awal Agustus 2024. 

"Sehingga kami tentunya akan melakukan analisa terlebih dahulu sebelum melakukan perubahan suku bunga," katanya. 

Di samping itu, kata Indra value proposition yang di tawarkan Allo bank ke nasabah tidak hanya terkait tingkat suku bunga, namun juga banyak fitur-fitur lainnya dan keunggulan kompetitif perusahaan.

Termasuk dukungan ekosistem yang mendorong acquisition, engagement, monetization; infrastruktur phygital untuk memberikan akses perbankan optimal; dan kapabilitas IT dan data terdepan. Sehingga selain suku bunga, nasabah dapat menikmati berbagai benefit lainnya. 

Lebih lanjut Indra mengungkapkan, sebagai bank umum berbasis digital, sistem pengambilan keputusan kredit di Allo Bank dikelola dengan sangat cepat dan terotomasi dengan bantuan decision engine dengan mempertimbangkan banyak data termasuk credit history dan non-traditional data lainnya.

"Seperti behaviour calon debitur, mengingat umumnya pinjaman dengan platform digital memiliki pagu yang lebih kecil namun dengan jumlah aplikasi pinjaman yang lebih banyak," ucapnya.

Baca Juga: Ramai-Ramai Saham Perbankan Menguat pada Awal Pekan Ini

Dengan mempertimbangkan kondisi makro ekonomi yang penuh tantangan seperti saat ini, Allo Bank memproyeksikan pertumbuhan single digit untuk DPK dan kredit hingga akhir tahun 2024.

Adapun Rustarti Suri Pertiwi, Direktur Keuangan Bank Raya melihat bahwa turunnya suku bunga akan berdampak positif terhadap kinerja perusahaan, baik dari sisi aset, dengan harapan demand kredit akan naik, sehingga mendorong pertumbuhan kredit Perusahaan.

"Selain itu, dari sisi liabilitas dapat semakin memperbaiki biaya dana, yang akan berdampak pada peningkatan efisiensi perusahaan," katanya.

Menurut wanita yang akrab disapa Tiwi ini, hampir semua segmen akan mendapat dampak positif dari turunnya bunga acuan, baik dari segmen mikro sampai dengan segmen korporasi.

Karena secara umum, penurunan suku bunga diharapkan akan meningkatkan demand kredit, yang berdampak langsung pada peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat di segala segmen.

"Bank secara berkala melakukan evaluasi suku bunga simpanannya, termasuk deposito. Dalam evaluasinya, Bank tidak hanya melihat tingkat suku bunga acuan, tetapi juga mempertimbangkan kondisi likuiditas bank serta suku bunga peers," jelasnya. 

Adapun dari sisi likuiditas, selama ini Bank Raya masih mampu menjaga kinerjanya.  Untuk posisi Juni 2024, LDR Bank Raya tercatat di kisaran 80%, Rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) Bank Raya juga tetap terjaga di atas 100% (minimum ketentuan regulator), yaitu untuk LCR di kisaran 220% dan NSFR sekitar 135%.

Sama dengan suku bunga simpanan, untuk suku bunga kredit, Bank Raya juga disebut akan mengkaji secara berkala dengan hati-hati, yaitu tidak hanya memperhatikan tingkat suku bunga acuan dan suku bunga yg diterapkan peers, tetapi juga faktor lainnya seperti sektor ekonomi serta faktor ekonomi lainnya yang dapat berdampak pada kualitas portofolio kredit.

Baca Juga: BTN Pertimbangkan Penurunan Bunga KPR Pasca BI-Rate Turun

Sampai dengan akhir tahun, baik untuk target DPK dan Kredit, Bank Raya pun masih tetap optimistis mencatat pertumbuhan positif sesuai dengan target Perusahaan, terutama untuk portofolio digital, baik kredit digital maupun simpanan digital, yang selama ini secara konsisten menjadi fokus pertumbuhan bisnis Bank Raya.

Senior Vice President LPPI, Trioksa Siahaan juga menilai dampak turunnya suku bunga ke kinerja bank digital akan positif seperti halnya ke bank lain.

"Dengan bunga yang turun harapannya dapat kembali memperbesar margin bunga dan ekspansi kredit," ujar Trioksa.

Ia memproyeksikan, semua segmen umumnya akan terdampak positif dengan turunnya suku bunga sementara yang terdampak negatif hampir tidak ada karena bank digital cenderung akan positif dengan turunnya beban bunga.

"Harapannya turunnya bunga acuan akan diikuti dengan turunnya bunga deposito dan bunga kredit namun kembali lagi, bergantung pada tingkat likuiditas bank dan biaya dana bank sebelum menyesuaikan bunga deposito dan bunga kredit," tandasnya.

Selanjutnya: Harga Minyak Dunia Stabil Senin (23/9), Brent ke US$74,43 dan WTI ke US$71,04

Menarik Dibaca: Ciri-ciri Mentimun, Apakah Tergolong Jenis Buah atau Sayur?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi