Suku Bunga Agresif Dipangkas, Deretan Saham Ini Bakal Ngegas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral AS atau The Federal Reserves (The Fed) diprediksi akan agresif memangkas suku bunga acuan hingga akhir tahun 2024.

BI sendiri diprediksi akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bps) pada Oktober 2024 mendatang. Pemangkasan BI-rate ini akan sejalan dengan arah penurunan suku bunga The Fed, yang juga diperkirakan kembali turun.

Konsensus market memprediksi The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps masing-masing pada November dan Desember 2024.


Baca Juga: Reksadana Saham Tersingkir, Reksadana Campuran Pimpin Penguatan, Ini 5 Terbaiknya

Founder Stocknow.id Hendra Wardana melihat, pemangkasan suku bunga memiliki implikasi signifikan terhadap stabilitas pasar global, termasuk Indonesia. Langkah ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya pengangguran dan inflasi yang mulai melandai.

Dengan suku bunga yang lebih rendah, biaya pinjaman menjadi lebih terjangkau dan mendorong peningkatan konsumsi serta investasi. Hal ini menciptakan likuiditas yang lebih tinggi di pasar sehingga dapat meningkatkan arus modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Namun, peningkatan likuiditas ini harus diimbangi dengan perhatian terhadap risiko inflasi yang mungkin meningkat serta volatilitas nilai tukar akibat perubahan arus modal.

Dampak pemangkasan suku bunga terhadap sektor-sektor tertentu cukup nyata. Pada sektor perbankan, biaya pinjaman yang lebih rendah akan mendorong pertumbuhan kredit, sehingga bank dapat menawarkan pinjaman dengan suku bunga yang lebih menarik.

Sebagai contoh, Bank Mandiri (BMRI) diproyeksikan mengalami kenaikan kinerja dengan target harga di Rp 7.500 per saham.

"Ini dapat meningkatkan volume kredit dan memperluas margin keuntungan," kata Hendra kepada Kontan, Senin (30/9).

Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Pilihan yang Layak Dikoleksi untuk Pekan Ini

Sektor properti juga diuntungkan karena suku bunga rendah membuat biaya pembiayaan lebih terjangkau bagi pembeli rumah dan pengembang. Emiten seperti Bumi Serpong Damai (BSDE) bisa melihat permintaan yang meningkat, dengan target harga Rp 1.340 per saham mencerminkan potensi pertumbuhan yang kuat. 

Sementara itu, sektor ritel akan mendapatkan dorongan dari peningkatan daya beli masyarakat sehingga dapat memicu pertumbuhan penjualan. Perusahaan ritel seperti Ace Hardware (ACES) diharapkan dapat memanfaatkan kondisi ini, dengan target harga Rp 1.200 per saham.

"Investor perlu memantau sektor perbankan, properti, dan ritel," ujar Hendra.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengamini bahwa penurunan suku bunga oleh The Fed memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas pasar secara global, termasuk Indonesia. Ketika The Fed menurunkan suku bunga, likuiditas di pasar meningkat serta mendorong investasi dan konsumsi. Hal ini umumnya berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. 

Disisi lain, penurunan suku bunga yang terlalu agresif dapat memicu inflasi, membentuk gelembung aset, dan meningkatkan volatilitas pasar. Bagi Indonesia, penurunan suku bunga The Fed dapat menarik aliran modal asing, memperkuat nilai tukar rupiah, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Migas di Tengah Fluktuasi Harga Komoditas

"Namun, hal ini juga dapat memicu inflasi dan risiko penurunan tingkat bunga domestik. Akan tetapi secara overall penurunan suku bunga masih bersifat positif terhadap pergerakan market domestik," kata Miftahul kepada Kontan, Senin (30/9).

Dampak dari penurunan level suku bunga pada beberapa sektor seperti perbankan dan properti sangat positif, terlihat pada harga sahamnya yang mengalami apresiasi di market

Sektor perbankan akan mendapat sentimen positif dari penyaluran kredit yang bisa lebih kencang lagi, perbaikan kualitas kredit, peningkatan daya beli dan tingkat konsumsi. Sementara, sektor properti juga akan tersengat oleh sentimen pemangkasan suku bunga lantaran berpengaruh pada perbaikan bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang bisa meningkatkan demand properti

"Sektor perbankan dan properti tentu diuntungkan dengan suku bunga yang lebih rendah," ujar Miftahul.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus beranggapan penurunan tingkat suku bunga The Fed juga akan memberikan sentimen positif bagi bank sentral negara lainnya untuk dapat menurunkan tingkat suku bunga mereka dan mendorong perekonomian untuk dapat tumbuh.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Perbankan Usai BI Pangkas Suku Bunga

Menurut Nico, hampir semua sektor akan merasakan dampak positif terhadap penurunan tingkat suku bunga The Fed. Namun beberapa sektor yang akan merasakan dampak lebih besar akan berada di sektor seperti financial, properti, consumer non-cyclical, consumer cyclical, energi, dan otomotif.

Nico merekomendasikan untuk mencermati saham antara lain, BBCA (Rp 11.400), BBRI (Rp 5.700), BBNI (Rp 6.150), ASII (Rp 5.600), AMRT (Rp 3.350), INDF (Rp 8.000), ICBP (Rp 13.600),   ACES (Rp 960), JSMR (Rp 6.500), AUTO (Rp 2.900), CTRA (Rp 1.500), BSDE (Rp 1.300), MAPI (Rp 1.850).

Sementara itu, Miftahul merekomendasikan trading buy saham BBRI dan BSDE dengan target harga masing-masing Rp 5.325 per saham dan Rp 1.230 per saham.

Selanjutnya: Polytron Luncurkan Motor Listrik Premium Fox 500 Fitur Canggih, Cek Harganya!

Menarik Dibaca: Cara Reset iPhone 12 untuk Mengatur Ulang agar Kembali Seperti HP Baru

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .